Pendeta, baik dari kalangan brahmana Hindu maupun biksu Buddha, memiliki kedudukan penting dalam tatanan kehidupan Majapahit. Mereka menjadi penjaga ajaran suci, pemimpin upacara, dan penasihat spiritual kerajaan. Selain itu, para pendeta juga berperan dalam pendidikan dan penyebaran ilmu pengetahuan, termasuk filsafat, kesusastraan, dan astronomi.
Raja Majapahit juga dianggap memiliki sisi religius yang kuat. Ia dipandang sebagai wakil dewa di dunia, yang bertugas menjaga keseimbangan antara kekuasaan duniawi dan spiritual.
Beberapa raja bahkan didewakan setelah wafat, seperti halnya Raja Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya), yang dipuja dalam bentuk arca Siwa-Buddha.
BACA JUGA:Mengenal Kerajaan Majapahit dan Peninggalannya yang Mendunia
Warisan Spiritual yang Abadi
Harmoni antara Hindu dan Buddha di Majapahit memberikan pelajaran berharga bagi kehidupan beragama di Indonesia. Toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan sudah menjadi bagian dari budaya bangsa sejak masa lampau. Nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan yang berkembang di era Majapahit inilah yang menjadi dasar bagi kerukunan umat beragama di masa kini.
Peninggalan seperti candi, prasasti, dan tradisi upacara yang masih hidup hingga sekarang menunjukkan bahwa warisan religius Majapahit bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga sumber inspirasi moral dan budaya.
Dari masa kejayaannya, Majapahit telah membuktikan bahwa keberagaman keyakinan bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang menyatukan bangsa dalam semangat kebersamaan.(*)