Yang membuat cabuk istimewa adalah cara penyajiannya. Biasanya, makanan ini disajikan di atas pincuk daun pisang, menambah aroma alami yang menggugah selera.
Di Solo, hidangan ini dikenal dengan sebutan Cabuk Rambak, karena sering disantap bersama kerupuk rambak (kulit sapi goreng) yang renyah sebagai pelengkap.
Kombinasi lontong yang lembut, saus wijen yang gurih, dan kerupuk rambak yang kriuk menciptakan harmoni rasa yang unik.
BACA JUGA:Tengkleng: Hidangan Legendaris dari Surakarta yang Kaya Rasa dan Sejarah
Nilai Gizi dan Cita Rasa
Walau sederhana, cabuk mengandung nilai gizi yang cukup baik. Biji wijen dan kelapa mengandung lemak sehat, protein nabati, serta mineral seperti kalsium dan magnesium.
Selain itu, lontong memberikan karbohidrat sebagai sumber energi.
Rasa gurih, sedikit manis, dan aroma khas wijen membuatnya berbeda dari makanan tradisional Jawa lainnya.
BACA JUGA:Bebek Goreng: Cita Rasa Gurih yang Melegenda di Nusantara
Keberadaan di Masa Kini
Di era modern, cabuk masih bisa ditemukan di beberapa pasar tradisional atau acara budaya di Solo dan sekitarnya.
Meskipun kalah populer dibandingkan makanan kekinian, hidangan ini tetap dipertahankan oleh masyarakat lokal sebagai warisan kuliner yang perlu dilestarikan.
Beberapa penjual bahkan mulai berinovasi dengan menambahkan topping modern seperti tempe goreng kecil atau tahu bacem agar lebih menarik bagi generasi muda.
BACA JUGA:Jenang Krasikan: Manis Legit Khas Tradisi Jawa yang Sarat Makna
Penutup
Cabuk bukan hanya sekedar makanan, melainkan simbol kesederhanaan dan kebersamaan masyarakat Jawa.