Sementara itu, pakaian tradisional wanita Dayak disebut Baju Ta’a.
Pakaian ini terdiri dari atasan tanpa lengan dan bawahan berupa rok panjang.
Sama seperti baju pria, bahan yang digunakan berasal dari kulit kayu atau kain tenun Dayak.
BACA JUGA:Macam-Macam Baju Adat Nusantara: Cerminan Keindahan dan Jati Diri Bangsa
Baju Ta’a biasanya berwarna gelap seperti hitam atau cokelat, dihiasi dengan manik-manik, payet, dan benang warna-warni yang disusun membentuk motif khas Dayak.
Hiasan pada pakaian wanita tidak sekadar memperindah tampilan, tetapi juga mengandung makna simbolik.
Warna merah dan kuning menggambarkan keberanian dan kemakmuran, sedangkan putih menandakan kemurnian hati.
Wanita Dayak juga mengenakan berbagai aksesori seperti huluq atau hiasan kepala dari logam dan bulu burung enggang, serta gelang kaki dan tangan yang menimbulkan bunyi lembut saat mereka bergerak, terutama ketika menari.
BACA JUGA:Filosofi Tari Nyambai Bebakhong, Simbol Keakraban dan Harmoni Masyarakat Lampung
Motif dan Hiasan Khas
Motif pada pakaian Dayak tidak dibuat sembarangan.
Setiap ukiran dan bentuk memiliki arti yang berhubungan dengan kehidupan dan alam.
Motif aso, misalnya, menggambarkan naga atau makhluk mitologi yang dianggap pelindung manusia.
BACA JUGA:Mengenal Tradisi Ngaben dan Nyekah, Upacara Kematian Suci di Bali
Sementara itu, motif tumbuhan menjalar melambangkan kehidupan dan pertumbuhan yang abadi.
Selain itu, hiasan manik-manik menjadi ciri khas pakaian adat Dayak. Manik-manik yang digunakan biasanya memiliki warna-warna cerah seperti merah, kuning, putih, biru, dan hijau.
Manik-manik tersebut tidak hanya berfungsi sebagai dekorasi, tetapi juga dipercaya mampu menolak energi negatif.