Dalam perkembangannya, penggunaan sendok kadang dipilih agar lebih praktis dan higienis, namun tetap tidak mengurangi makna dari saprahan itu sendiri.
BACA JUGA:Candi Borobudur: Mahakarya Nusantara dari Magelang, Jawa Tengah
Nilai-Nilai yang Terkandung
Saprahan bukan hanya sebuah prosesi makan bersama, melainkan wadah untuk menanamkan nilai sosial dan budaya. Ada beberapa makna penting yang bisa dipetik dari tradisi ini:
1. Kesetaraan
Tidak ada perbedaan kedudukan dalam saprahan. Semua orang duduk sama rendah dan berbagi makanan dari wadah yang sama. Hal ini mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.
BACA JUGA:Mubeng Beteng Yogyakarta, Tradisi Satu Suro Penuh Makna
2. Kebersamaan
Duduk melingkar dan makan bersama menciptakan rasa akrab, sehingga hubungan antarwarga menjadi lebih erat. Saprahan memperlihatkan bahwa kebersamaan adalah kunci keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Gotong Royong
Seluruh persiapan dilakukan bersama. Dari memasak, menata tempat, hingga membersihkan lokasi setelah acara, semuanya dikerjakan secara kolektif. Gotong royong ini mencerminkan semangat solidaritas masyarakat Melayu.
BACA JUGA:Keraton Surakarta Hadiningrat: Pusat Sejarah dan Budaya Jawa di Kota Solo
4. Pewarisan Budaya
Anak-anak yang ikut serta dalam saprahan akan belajar tentang tata cara menghormati orang tua, menjaga kesopanan, serta memahami makna berbagi. Dengan demikian, tradisi ini sekaligus menjadi media pendidikan karakter bagi generasi muda.
BACA JUGA:Pakaian Adat Riau: Identitas Melayu yang Menjaga Kesantunan
Saprahan di Era Modern
Walaupun zaman terus berubah, tradisi saprahan masih tetap bertahan. Di Pontianak, saprahan sering dijadikan bagian penting dalam acara adat maupun kegiatan resmi pemerintah daerah. Bahkan dalam festival budaya, saprahan kerap ditampilkan sebagai bentuk promosi kearifan lokal kepada wisatawan.
Menariknya, di tengah modernisasi, tradisi ini juga mengalami adaptasi. Misalnya, penataan tempat dibuat lebih rapi agar bisa menampung banyak orang sekaligus. Alat makan modern juga digunakan pada sebagian acara untuk menyesuaikan dengan kebutuhan. Namun, meski ada penyesuaian, makna dasar saprahan tetap sama: kebersamaan dan kesetaraan.