3. Adanya etika penolakan
Jika lamaran tidak diterima, seserahan dikembalikan. Hal ini menegaskan bahwa tradisi ini menjunjung tinggi penghormatan serta menjaga perasaan kedua belah pihak.
4. Ikatan kekeluargaan
Lebih dari sekadar lamaran, Ngolotkuen berfungsi sebagai sarana mempererat silaturahmi, sehingga pernikahan benar-benar menjadi penyatuan dua keluarga.
BACA JUGA:Sakit Perut Setelah Operasi? Ini Penyebab dan Cara Meredakannya
Nilai Luhur dalam Ngolotkuen
Tradisi ini sarat dengan nilai-nilai kehidupan yang masih relevan hingga sekarang, antara lain:
- Kerendahan hati, karena pihak perempuan dengan lapang dada menyampaikan niat baik tanpa merasa malu atau rendah.
- Tanggung jawab, sebab prosesi ini menandai keseriusan untuk menjalani kehidupan rumah tangga.
- Gotong royong keluarga, karena acara dilaksanakan dengan melibatkan banyak anggota keluarga.
- Musyawarah, di mana setiap keputusan penting diambil melalui diskusi bersama, bukan keputusan sepihak.
Nilai-nilai tersebut menjadikan Ngolotkuen bukan hanya tradisi, melainkan juga sarana pendidikan moral bagi generasi muda.
BACA JUGA:Pertolongan Pertama Sesak Nafas pada Ibu Hamil yang Aman dan Efektif
Ngolotkuen di Era Modern
Perubahan zaman memang memengaruhi cara masyarakat menjalankan adat.
Di beberapa wilayah, Ngolotkuen mungkin tidak lagi dilakukan secara lengkap, melainkan diganti dengan acara lamaran sederhana.
Namun demikian, filosofi yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan dijaga.
BACA JUGA:5 Lipstik Waterproof Anti Kering, Awet Sepanjang Hari
Bagi sebagian orang Banten, melestarikan Ngolotkuen adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Selain itu, tradisi ini juga menjadi kekayaan budaya yang dapat memperkaya identitas daerah sekaligus memperlihatkan keragaman budaya Indonesia di mata dunia.