Legenda Cabo Pui dan Batu Ajaib dari Papua

Minggu 27-07-2025,17:38 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan

Ia tersentuh oleh tekad Cabo dan memutuskan untuk membantunya. Cabo diminta tinggal hingga malam tiba.

Saat malam menjelang, Sirwai mengundangnya makan bersama dan menyatakan bahwa Cabo kini dianggap sebagai saudara. 

Ia diberi sebuah perahu kecil dan dayung untuk pulang ke kampungnya. Diam-diam, Sirwai juga menyelipkan batu ajaib ke dalam tas Cabo.

Sebelum berpisah, Sirwai memberitahu bahwa batu itu memang memiliki kekuatan luar biasa, tapi kekuatannya hanya akan muncul jika Cabo rela mengorbankan dirinya. Cabo terdiam. Ia tahu jalan pulang tidak akan biasa. Tapi demi kampungnya, ia tidak ragu.

BACA JUGA:3 Buah yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Saat Sarapan Menurut Ahli Gizi

Cabo pun berlayar menuju Tanjung Suaja. Saat tiba, ia membakar perahunya, lalu mandi di laut sebagai simbol pembersihan diri. Setelah itu, ia naik ke bukit tertinggi. 

Langit mendung. Angin berputar kencang. Abu menggonggong keras. Tanah tiba-tiba bergetar, lalu terbuka dan menelan tubuh Cabo dan anjingnya.

Di waktu bersamaan, Tiaghe sedang mencari ikan. Laut yang sebelumnya kosong, tiba-tiba penuh ikan. Ia merasa ada keanehan. Lalu Ia teringat pesan sang kakak. Ia pun bergegas pergi ke Tanjung Suaja bersama istrinya.

Mereka menemukan jejak-jejak aneh: sisa perahu yang terbakar, tanah yang merah, dan sebuah batu mengilap. Tiaghe mengambil batu serta tanah merah kemudian dibawanya pulang.

BACA JUGA:GWM Pamerkan Semua Teknologi Mobil di GIIAS 2025, Bukan Cuma BEV

Dengan bahan itu, ia mulai membuat gerabah. Hasilnya indah dan kuat. Warga kampung pun ikut belajar. Gerabah itu kemudian diberi nama kecabo, sebagai bentuk penghormatan atas pengorbanan Cabo Pui.

Sejak saat itu, tanah kembali subur, hasil laut melimpah, dan kehidupan kampung menjadi lebih baik. Kampung Kayo Batu dikenal luas sebagai tempat pengrajin gerabah terbaik.

Legenda tersebut mengajarkan tentang pentingnya pengorbanan demi kebaikan bersama. Cabo Pui adalah simbol keberanian dan cinta tanah air. Ia pun tidak meminta balasan, hanya ingin kampungnya kembali hidup.

Cerita ini juga menyiratkan bahwa alam memiliki bahasa sendiri. Mereka yang peka, seperti Cabo dan Tiaghe, mampu membaca tanda-tanda itu. Kekuatan bukanlah soal fisik, tapi tekad dan niat tulus.

BACA JUGA:Harga Mobil Listrik Anjlok, Pedagang Mobil Bekas Pilih Tahan Diri

Anjing Cabo, Abu, juga menggambarkan kesetiaan. Ia tak pernah meninggalkan tuannya, bahkan di saat terakhir. Ini menunjukkan bahwa kesetiaan adalah nilai yang sangat berharga.

Kategori :