
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Tari Katrili merupakan salah satu warisan budaya yang unik dari masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara. Tarian ini memiliki ciri khas yang berbeda dibandingkan dengan tarian tradisional Indonesia pada umumnya.
Jika dilihat sekilas, gaya busana dan gerakannya sangat menyerupai tarian klasik dari benua Eropa. Namun siapa sangka, tari ini lahir dari perpaduan sejarah dan budaya yang panjang antara masyarakat lokal dan bangsa asing.
Tari Katrili mulai dikenal oleh masyarakat Minahasa sejak kedatangan bangsa Portugis serta Spanyol ke wilayah Sulawesi Utara pada beberapa abad yang lalu.
Bangsa asing tersebut datang untuk berdagang hasil bumi yang melimpah dari tanah Minahasa. Dalam berbagai kesempatan, mereka menggelar pesta sebagai wujud rasa syukur dan suka cita. Salah satu hiburan dalam pesta itu adalah tarian yang dilakukan secara berpasangan.
BACA JUGA:Rammang-Rammang, Pesona Karst Megah di Utara Makassar
Masyarakat lokal pun lambat laun mulai mengikuti dan menirukan gaya tarian tersebut. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini kemudian membentuk gaya tari baru yang khas dan dikenal dengan nama Katrili.
Meskipun bangsa Eropa tersebut akhirnya meninggalkan wilayah itu, masyarakat Minahasa tetap melestarikan bentuk tarian ini dan menjadikannya bagian dari identitas budaya mereka.
Tari Katrili bukan hanya semata-mata tiruan dari budaya luar, melainkan perpaduan dengan nilai-nilai lokal yang kuat. Gerakan tari, pola formasi, kostum, dan juga musik pengiringnya telah dimodifikasi supaya sesuai dengan selera serta budaya masyarakat Minahasa.
Nama “Katrili” sendiri diyakini berasal dari istilah dalam bahasa Eropa, yang menggambarkan jenis tarian berpasangan dengan formasi tertentu. Di tangan masyarakat Minahasa, istilah ini mengalami penyesuaian fonetik dan konteks, hingga lahirlah sebutan yang kini dikenal luas.
BACA JUGA:Eksplorasi Tari Batik Pace dari Pacitan yang Sarat Makna
Di sisi lain, pengaruh budaya lokal juga sangat kental. Sebelum datangan bangsa asing, masyarakat Minahasa sudah memiliki tradisi menari yang dilakukan secara baris-berbaris serta berhadapan, kemudian bertukar posisi.
Bentuk awal ini kemudian berkembang menjadi tarian sosial yang lebih terbuka dan dinamis, sejalan dengan budaya pergaulan muda-mudi.
Tari Katrili tersebut biasanya ditampilkan oleh beberapa pasangan penari, antara empat sampai delapan pasang pria maupun wanita.
Tarian ini memiliki dua jenis pola langkah utama, yaitu gerakan waltz yang menggunakan irama 3/4 dan gerakan gallop yang berpola 2/4. Gerakan itu dilakukan secara teratur, mengikuti komando ataupun aba-abanya.
BACA JUGA:Gubernur Mirza Fokus Tingkatkan SDM Wujudkan Indonesia Emas 2045