
1. Syukur: Masyarakat suku Moy menggunakan tarian ini sebagai bentuk ucapan terima kasih atas hasil laut yang mereka peroleh.
2. Inovasi: Penggunaan akar tuba mencerminkan pemikiran kreatif dalam mengatasi kesulitan tanpa merusak alam.
3. Kerja Sama: Tarian ini menunjukkan kolaborasi antara pria dan wanita dalam mendukung kehidupan bersama.
4. Pelestarian Tradisi: Setiap gerakan dalam tarian adalah upaya menjaga kearifan lokal agar tidak punah ditelan zaman.
BACA JUGA:Martabak Telur Roti Tawar: Camilan Praktis yang Gurih, Hemat, dan Serbaguna
Tari Wutukala tersebut biasanya dipimpin oleh seorang tokoh adat yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai budaya.
Ia berperan sebagai pengarah jalannya tarian dan menjamin bahwa pesan budaya tetap utuh.
Anak-anak muda dari suku Moy juga dilibatkan dalam pelatihan dan pementasan tarian ini.
Tujuannya adalah untuk menanamkan rasa bangga akan identitas budaya mereka serta membangun kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan leluhur.
BACA JUGA:Pulau Lengkuas, Surga Mini di Ujung Utara Belitung
Meski menjadi bagian penting dari budaya lokal, Tari Wutukala menghadapi tantangan dalam era modern.
Masuknya budaya dari luar, serta minimnya dokumentasi, dan juga berkurangnya pemuda yang tertarik terhadap kesenian tradisional sehingga bisa menjadi ancaman nyata.
Namun, harapan tetap ada. Festival budaya, pelatihan seni, dan kolaborasi dengan sekolah serta komunitas seni dapat menjadi solusi untuk memastikan tarian ini tetap hidup dan dikenal secara luas.
Dengan begitu, Tari Wutukala tidak hanya dikenal di Papua, tetapi juga bisa mewakili Indonesia di pentas budaya dunia.
BACA JUGA:Fossil 2025: Koleksi Jam Tangan Wanita untuk Gaya Elegan Setiap Hari
Tari Wutukala adalah potret kehidupan yang dikemas dalam bentuk gerak dan irama.