
Saat perayaan dimulai, warga desa berkumpul bersama dalam suasana penuh suka cita. Mereka membawa berbagai makanan khas, serta mengenakan pakaian tradisional yang mencerminkan identitas budaya.
Salah satu ciri khasnya adalah pakaian adat dari bahan kulit kayu, menandai kedekatan mereka dengan alam dan tradisi lokal.
Puncak dari ritual Vunja Ada Mpae adalah pembacaan doa syukur yang dipimpin oleh tetua adat. Dalam doa tersebut, masyarakat menyampaikan ucapan terima kasih atas limpahan hasil panen dan memohon keberkahan untuk musim tanam berikutnya.
Prosesi ini mencerminkan kesadaran spiritual masyarakat terhadap kekuatan ilahi dan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam.
BACA JUGA:Menelusuri Tradisi Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan
Setelah doa, suasana menjadi lebih meriah dengan dentuman gendang yang disebut giam. Musik gendang ini menjadi iringan bagi tari raego, yaitu tarian sakral yang hanya ditampilkan dalam upacara tertentu, termasuk Vunja Ada Mpae.
Tarian ini dibawakan oleh penari laki-laki dan perempuan secara berkelompok, dengan gerakan ritmis dan penuh makna.
Syair-syair yang dinyanyikan dalam tarian raego berisi pesan moral, rasa syukur, dan ajakan untuk menjaga kebersamaan.
Melalui gerak dan irama, masyarakat menyampaikan filosofi hidup mereka, menjalin ikatan emosional antarindividu, dan meneguhkan rasa cinta terhadap tanah kelahiran.
BACA JUGA:Tenun Gringsing: Kain Sakral yang Menenun Nilai Kehidupan dari Bali
Perayaan ini juga menjadi ajang berbagi dan mempererat solidaritas. Semua warga, baik tua maupun muda, saling bergotong royong dalam menyiapkan hidangan, menghias tempat acara, serta menyambut tamu.
Sajian makanan seperti sirih, kue tradisional, dan hasil kebun menjadi pelengkap kebersamaan dalam suasana penuh keakraban.
Keberadaan Vunja Ada Mpae tidak hanya penting dalam aspek budaya dan spiritual, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial.
Upacara ini membantu memperkuat ketahanan sosial masyarakat, sekaligus mengangkat potensi kearifan lokal yang bisa dikembangkan dalam sektor pariwisata budaya.
BACA JUGA:Manik Angkeran dan Asal Mula Selat Bali
Pemerintah daerah dan sejumlah pelaku budaya telah mulai mendokumentasikan dan mempromosikan ritual ini sebagai bagian dari warisan budaya Sulawesi Tengah.