
Akses kedua adalah melalui kawasan Ngarai Sianok. Jalur ini lebih menantang karena medannya cukup terjal, sempit, dan berkelok.
Namun, pemandangan yang disuguhkan dari rute ini lebih liar dan alami, membuatnya cocok bagi pecinta petualangan atau trekking ringan.
Kedua rute ini memiliki keunikan masing-masing dan bisa disesuaikan dengan kondisi fisik serta preferensi wisatawan.
Lebih dari sekadar jalur wisata, kawasan Koto Gadang juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi.
BACA JUGA:Mbokita, Permata Bahari di Selatan Morowali
Nagari Koto Gadang merupakan kampung halaman sejumlah tokoh nasional penting seperti Haji Agus Salim dan Rohana Kudus.
Keberadaan rumah-rumah tua bergaya kolonial di kawasan ini menjadi saksi sejarah peradaban Minangkabau yang telah maju sejak dulu.
Tak heran jika berjalan di sepanjang Janjang Koto Gadang menghadirkan sensasi napak tilas.
Langkah demi langkah yang diayunkan bukan hanya menembus keindahan alam, tetapi juga mengingatkan pada peran besar daerah ini dalam sejarah perjuangan dan pendidikan bangsa.
BACA JUGA:Pantai Piser, Surga Tersembunyi di Ujung Tebing Pacitan
Selain itu, Koto Gadang juga dikenal sebagai sentra kerajinan perak tradisional. Banyak wisatawan yang menyempatkan diri singgah ke rumah-rumah pengrajin untuk melihat langsung proses pembuatan perhiasan dan cenderamata khas Minang.
Aktivitas ini menambah nilai wisata edukatif sekaligus mendukung ekonomi lokal masyarakat setempat.
Dalam beberapa tahun terakhir, Janjang Seribu semakin populer di kalangan anak muda, terutama pengguna media sosial.
Bentuk tangga yang unik dan lanskap lembah yang indah menjadikannya lokasi favorit untuk berfoto.
BACA JUGA:Tumpak Sewu, Keajaiban Tirai Air di Kaki Semeru
Tidak sedikit pula pasangan yang memilih tempat ini sebagai latar sesi foto prewedding karena suasananya yang romantis dan alami.