
Dalam beberapa prosesi, pihak pria terkadang meminta pantun dijawab dengan bahasa dari asal-usul mempelai wanita, misalnya bahasa Bugis, jika pengantin wanita memiliki darah Bugis.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri dan menambah keunikan dalam prosesi. Pantun yang dibawakan bisa mencerminkan banyak hal, mulai dari kecintaan terhadap budaya, pujian kepada calon pengantin, hingga harapan baik untuk kehidupan rumah tangga.
Meski terdengar seperti permainan kata, Berebut Lawang memiliki makna yang dalam. Pertama, tradisi ini mengajarkan tentang pentingnya sopan santun dalam menjalin hubungan antar keluarga.
Dengan memilih pantun sebagai sarana komunikasi, masyarakat menunjukkan bahwa perbedaan atau pertemuan antar keluarga dapat dijembatani melalui ungkapan-ungkapan halus yang penuh makna.
BACA JUGA:Tradisi Peresean, Duel Rotan Para Lelaki Sasak yang Penuh Makna
Kedua, tradisi ini memperlihatkan pentingnya menjaga keluhuran bahasa.
Dalam budaya Melayu, pantun bukan hanya bentuk puisi lama, melainkan cerminan kecerdasan, kepekaan, dan rasa hormat terhadap orang lain.
Melalui pantun, seseorang dapat menyampaikan pesan dengan cara yang elegan dan menyenangkan.
Ketiga, Berebut Lawang juga menumbuhkan rasa kebersamaan. Di tengah pernikahan yang biasanya penuh tekanan, adu pantun ini menjadi sarana hiburan yang menghangatkan suasana dan menyatukan dua keluarga besar dalam tawa dan canda.
BACA JUGA:Karaci: Warisan Bela Diri Khas Sumbawa yang Sarat Makna Budaya
Menariknya, tradisi ini tetap hidup di tengah masyarakat yang majemuk. Di Belitung, banyak pernikahan yang mempertemukan dua latar budaya, seperti Melayu dan Bugis, atau bahkan suku lain dari luar pulau.
Dalam momen seperti ini, pantun menjadi ruang kreatif untuk menunjukkan identitas tanpa harus menghilangkan keharmonisan.
Ketika dua budaya berbeda dipertemukan dalam satu pernikahan, adu pantun bisa menjadi ajang saling mengenal dan saling menghargai.
Kata-kata jenaka yang dilontarkan bukan untuk merendahkan, tetapi justru untuk mencairkan perbedaan.
BACA JUGA:Perujak: Tradisi Penguat Gigi dari Sumbawa yang Sarat Makna Budaya
Inilah yang membuat Berebut Lawang bukan hanya tradisi lokal, tapi juga contoh kecil dari semangat persatuan di tengah keberagaman.