Rumah Adat Jawa Timur: Ragam, Fungsi, dan Makna Budayanya

Minggu 08-06-2025,19:20 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan
Rumah Adat Jawa Timur: Ragam, Fungsi, dan Makna Budayanya

3. Rumah Tradisional Suku Tengger di Pegunungan

Suku Tengger mendiami kawasan sekitar Gunung Bromo. Rumah tradisional mereka dibangun menyesuaikan dengan kondisi alam pegunungan yang sejuk dan sering berkabut. Dinding rumah dibuat dari papan kayu, sementara atapnya curam berbentuk limas dan ditutup dengan ijuk atau genteng tanah liat.

Keunikan rumah Tengger adalah letaknya yang berdekatan satu sama lain, membentuk semacam blok permukiman yang rapat. Ini dilakukan untuk mengurangi terpaan angin dingin dan menjaga kehangatan. Di bagian depan rumah biasanya terdapat tempat duduk dari kayu untuk bersantai atau berbincang dengan tetangga.

Rumah ini memperlihatkan bagaimana masyarakat Tengger mampu beradaptasi dengan lingkungan sekaligus menjaga solidaritas di antara sesama.

BACA JUGA:Reog Ponorogo: Simbol Kearifan Lokal yang Mendunia

4. Rumah Limasan

Rumah Limasan menjadi salah satu bentuk rumah adat yang banyak dijumpai di kawasan Jawa Timur, khususnya di wilayah pedesaan. Ciri khas utamanya adalah atap berbentuk limasan atau trapesium ganda. Desainnya memungkinkan sirkulasi udara yang baik dan terasa sejuk, cocok untuk iklim tropis.

Rumah ini umumnya ditopang oleh tiang-tiang kayu dengan pondasi batu. Bagian dalam rumah terbagi menjadi beberapa ruangan seperti pendopo, ruang keluarga, kamar tidur, dan dapur.

Limasan sering kali digunakan sebagai tempat tinggal keluarga besar. Luas dan terbukanya ruang dalam rumah ini membuat interaksi antaranggota keluarga menjadi lebih akrab. Selain itu, rumah ini juga dipakai untuk kegiatan sosial seperti musyawarah atau pertemuan warga.

BACA JUGA:Finalisasi Perjanjian Dagang RI-Uni Eropa Makin Dekat, Ekspor Barang RI Bisa 0 Persen Tarif

5. Dhurung, Tempat Berteduh Sekaligus Simbol Sosial

Dhurung bukanlah rumah tempat tinggal, melainkan bangunan sederhana yang sering dijumpai di halaman rumah atau dekat ladang. Bangunan ini biasanya tidak berdinding dan hanya beratap daun kelapa atau ilalang, serta ditopang oleh beberapa tiang kayu.

Fungsi utama Dhurung adalah sebagai tempat berteduh saat istirahat bekerja di ladang, tempat menyimpan hasil panen, atau sekadar ruang bersantai.

Tidak jarang juga Dhurung dijadikan tempat berdiskusi oleh warga sekitar. Kehadirannya mencerminkan nilai kebersamaan dan gotong royong di tengah kehidupan masyarakat desa.

BACA JUGA:Tabrakan Dengan Avanza, Istri Pj Peratin Sukaraja Meninggal di Tempat

Makna Budaya dalam Arsitektur Rumah Adat

Kategori :