
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di tengah masyarakat Indonesia, istilah Lebaran Haji telah menjadi sebutan yang populer untuk Hari Raya Idul Adha.
Perayaan ini identik dengan penyembelihan hewan kurban serta bertepatan dengan puncak pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci, Makkah.
Tapi, pernahkah kita bertanya, dari mana asal istilah ini dan nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalamnya?
Kata “Lebaran” memiliki akar budaya dari masyarakat Jawa yang bermakna "selesai" atau "berakhir", merujuk pada berakhirnya masa ibadah tertentu.
BACA JUGA:Menyelami Sejarah Idul Adha dan Makna Ibadah Kurban bagi Umat Islam
Dalam konteks Idul Adha, istilah ini mengacu pada berakhirnya prosesi utama ibadah haji, khususnya wukuf di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah.
Sementara itu, kata “Haji” merujuk pada rukun Islam kelima, yakni ibadah haji yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim yang mampu, baik secara fisik maupun finansial, setidaknya sekali seumur hidup.
Gabungan dua kata itu ternyata menciptakan istilah Lebaran Haji yang secara lokal digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menyebut Hari Raya Idul Adha.
Meskipun frasa ini tidak ditemukan dalam bahasa Arab atau kitab-kitab klasik Islam, penggunaannya telah mengakar dan menjadi bagian dari ekspresi budaya keagamaan di Nusantara.
BACA JUGA:Mad Hasnurin Serahkan Hewan Kurban dan Ajak Warga Maknai Idul Adha sebagai Momen Keikhlasan
Ini menunjukkan bagaimana kearifan lokal bisa hidup berdampingan dengan nilai-nilai Islam universal.
Idul Adha atau Lebaran Haji bukan hanya perayaan seremonial, tetapi sarat dengan pesan spiritual dan sosial yang mendalam.
Berikut beberapa hikmah penting yang bisa dipetik dari perayaan ini:
BACA JUGA:Parosil Serahkan Sapi Kurban Presiden, Dorong Peternak Lokal Bangkit