Jalur ini melintasi permukiman warga, memberikan nuansa pedesaan yang ramah dan asri.
Sepanjang rute, pengunjung akan diajak berinteraksi ringan dengan warga sekitar yang sebagian besar ikut serta dalam pengelolaan wisata ini.
Panjang Gua Pindul sekitar 300 meter, dengan aliran air yang tenang dan kedalaman bervariasi.
Menyusuri gua ini membutuhkan waktu sekitar 45 menit hingga satu jam, tergantung arus dan aktivitas pengunjung.
BACA JUGA:Senja Memukau di Pantai Banongan: Permata Tersembunyi Situbondo
Di dalam gua, suasana berubah drastis. Dari terang di mulut gua, pengunjung akan merasakan transisi ke zona remang dan akhirnya zona gelap total, di mana tidak ada cahaya alami yang masuk. Sensasi inilah yang menjadi daya tarik utama.
Dalam kegelapan yang pekat, suara gemericik air dan tetesan dari stalaktit menjadi satu-satunya yang terdengar.
Di sepanjang perjalanan, pengunjung dapat menyaksikan formasi batu kapur yang unik. Beberapa titik bahkan menjadi lokasi favorit untuk berfoto.
Pemandu biasanya juga menjelaskan tentang proses terbentuknya stalaktit dan stalagmit, serta kisah-kisah lokal yang melekat pada tempat tersebut.
BACA JUGA:Sawai, Desa Tertua yang Penuh Kehangatan
Terdapat pula bagian di mana pengunjung bisa berendam sejenak atau mencoba loncat dari batu ke air, tentu dengan pengawasan dari petugas.
Di akhir rute, pengunjung akan keluar dari gua dan menuju tepi sungai. Di titik ini, peserta harus memanjat tepian menggunakan tali.
Meski terdengar menantang, semua prosedur dilakukan dengan pengawasan dan bantuan pemandu.
Seluruh pemandu telah mendapatkan pelatihan khusus dan paham akan standar keselamatan dalam kegiatan petualangan air.
BACA JUGA:Benteng Otanaha, Menapak Sejarah Kolonial Portugis di Tepi Danau Limboto
Selain menyajikan tantangan dan keindahan alam, Gua Pindul juga menjadi contoh sukses dari pengelolaan wisata berbasis masyarakat.