Borobudur: Jejak Keagungan Peradaban Abad ke-9 yang Mendunia

Jumat 09-05-2025,17:02 WIB
Reporter : Yayan Prantoso
Editor : Budi Setiawan
Borobudur: Jejak Keagungan Peradaban Abad ke-9 yang Mendunia

Tak hanya relief yang memukau, Borobudur juga memiliki 504 stupa, termasuk satu stupa besar di puncak yang menjadi simbol puncak pencerahan. Setiap stupa kecil di tingkat atas berisi patung Buddha yang duduk dalam posisi meditasi. 

Ketika cahaya matahari pagi menyinari stupa-stupa ini, suasana yang tercipta sangat magis dan penuh kedamaian, seolah membawa pengunjung menyentuh ketenangan batin.

Keunikan lain dari Borobudur adalah bagaimana ia “bercerita” kepada para pengunjung. Bila Anda menyusuri lorong candi searah jarum jam, relief-relief tersebut akan mengisahkan narasi yang utuh. 

Salah satu cerita yang paling dikenal adalah kisah Ramayana, yang terukir secara epik di beberapa bagian candi. Pengalaman ini mengajak pengunjung tidak hanya melihat, tetapi juga merasakan kisah yang tertuang di setiap lekuk batu.

BACA JUGA:Gaya Hidup Sehari-hari yang Mempercepat Penuaan Jantung: Waspadai Kebiasaan Sepele Ini

Namun, sejarah Borobudur tidak selalu gemilang. Selama berabad-abad, candi ini sempat terlupakan. Terkubur oleh abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi dan ditumbuhi semak belukar, Borobudur nyaris hilang dari ingatan bangsa. 

Baru pada awal abad ke-19, Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Jawa, mengungkap kembali keberadaan candi ini. Sejak saat itu, berbagai upaya restorasi dilakukan untuk menyelamatkan dan melestarikan Borobudur.

Restorasi besar-besaran dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan bantuan UNESCO pada tahun 1975 hingga 1982. Upaya ini berhasil mengembalikan kejayaan Borobudur dan membuatnya diakui secara internasional sebagai Warisan Budaya Dunia pada tahun 1991. 

Kini, Borobudur bukan hanya simbol kebanggaan bangsa, tetapi juga pusat kegiatan spiritual, budaya, dan pariwisata.

BACA JUGA:Asal-Usul Emas dan Logam Berat: Terungkap dari Ledakan Magnetar

Setiap tahun, ribuan umat Buddha dari seluruh dunia datang ke Borobudur untuk merayakan Waisak, hari kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Siddharta Gautama. Suasana sakral menyelimuti candi saat lilin-lilin menyala, doa dipanjatkan, dan ribuan lampion dilepaskan ke langit malam. 

Momen ini menggambarkan Borobudur bukan hanya situs sejarah, tapi juga ruang spiritual yang masih hidup hingga kini.

Borobudur juga menjadi daya tarik utama pariwisata Indonesia. Pemerintah terus mengembangkan kawasan ini dengan memperhatikan aspek pelestarian dan kenyamanan pengunjung. 

Fasilitas seperti museum, pusat informasi, dan jalur peziarahan dibangun agar wisatawan dapat menikmati pengalaman yang lebih mendalam. 

BACA JUGA:Tari Tradisional Kalimantan Timur: Warisan Budaya Bernilai Luhur

Meski demikian, pengelola juga berusaha menjaga kesakralan dan keberlanjutan candi agar tidak rusak oleh aktivitas manusia yang berlebihan.

Kategori :