
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Diantara hamparan sawah yang hijau dan pegunungan yang mengelilingi Magelang, Jawa Tengah, berdiri sebuah monumen kolosal yang tak hanya menyimpan nilai sejarah, tetapi juga menggambarkan pencapaian luar biasa dari peradaban manusia masa lampau.
Candi Borobudur, yang dibangun lebih dari seribu tahun lalu, adalah bukti bisu tentang kebesaran budaya, agama, dan seni arsitektur di Nusantara.
Dikenal sebagai candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur tak hanya menjadi destinasi wisata yang menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara, tetapi juga merupakan pusat spiritual dan simbol kedamaian.
Bangunan ini merupakan warisan dari Dinasti Syailendra, yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-8 dan ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga dari Kerajaan Mataram Kuno sekitar tahun 800 Masehi, dan diperkirakan rampung dalam kurun waktu 75 tahun.
BACA JUGA:Perjalanan Cinta Luna Maya: Dari Ariel NOAH Hingga Reino Barack Kini Bersama Maxime Bouttier
Dengan struktur berbentuk punden berundak yang terdiri dari 10 tingkat, Candi Borobudur menjulang anggun ke langit, mencerminkan konsep kosmologi Buddha Mahayana.
Bangunannya tidak hanya megah secara fisik, tetapi juga sarat akan makna spiritual. Setiap tingkat melambangkan tahapan dalam kehidupan manusia menuju pencerahan.
Tiga zona utama dalam struktur candi menggambarkan tiga dunia dalam ajaran Buddha: Kamadhatu (dunia nafsu), Rupadhatu (dunia bentuk), dan Arupadhatu (dunia tanpa bentuk).
Para peziarah yang mengikuti jalur spiritual di Borobudur akan melintasi setiap zona ini sembari merenungi kehidupan dan makna eksistensi.
BACA JUGA:5 Atraksi Budaya Ikonik Indonesia yang Mendunia
Salah satu aspek paling menakjubkan dari Borobudur adalah kekayaan relief yang menghiasi dinding-dindingnya.
Tercatat terdapat 1.460 panel relief yang menggambarkan berbagai ajaran Buddha, kisah Jataka (cerita kehidupan Buddha di masa lalu), serta ilustrasi kehidupan masyarakat Jawa kuno.
Relief ini bukan sekadar ornamen, melainkan alat pendidikan visual yang digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai moral, spiritual, dan budaya.
Para ahli arkeologi bahkan menyebut Borobudur sebagai ensiklopedia batu yang hidup, karena detail ukirannya sangat kaya dan presisi.
BACA JUGA:5 Rumah Adat Khas Kalimantan Timur dan Ciri-Cirinya