
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Tari Bedana merupakan salah satu kekayaan budaya dari Provinsi Lampung, Indonesia.
Tarian tradisional ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung, khususnya yang beragama Islam.
Melalui gerak dan busananya, Tari Bedana menggambarkan nilai-nilai adat, agama, dan etika sosial yang dianut oleh masyarakat setempat.
BACA JUGA:Menkes RI Serahkan Perangkat Internet Starlink ke Puskesmas Ngambur
Sejarah Tari Bedana
Dalam buku yang berjudul Mengenal Tari Bedana Bandar Lampung (1996) karya Junaidi Firmansyah, Tari tersebut mulai dikenal bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah Lampung.
Diperkirakan, tarian ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1930 oleh orang Arab kepada tokoh-tokoh lokal bernama Makruf, Amang, dan Kuta. Ketiga tokoh tersebut kemudian menyebarluaskan tarian ini ke berbagai daerah di Lampung.
Tari Bedana awalnya menjadi bagian dari upacara adat yang berkaitan dengan penyebaran Islam dan perayaan keagamaan. Seiring waktu, tarian ini berkembang menjadi simbol kebudayaan yang melekat kuat dalam masyarakat Lampung dan sering dipentaskan dalam berbagai acara, termasuk pesta pernikahan, penyambutan tamu kehormatan, dan upacara keagamaan.
BACA JUGA:Honda Brio RS: City Car Stylish Desain Sporty
Makna Tari Bedana
Tari Bedana memiliki makna yang mendalam. Selain sebagai simbol penyambutan dan rasa syukur, tarian ini juga menjadi wujud kebersamaan serta kedekatan antara anggota masyarakat.
Gerakan tari Bedana mengandung pesan-pesan tentang keindahan dalam berperilaku, kesopanan, dan rasa hormat terhadap sesama.
Tarian ini juga merupakan salah satu bentuk transformasi budaya di mana nilai-nilai Islam diselaraskan dengan tradisi lokal. Oleh karena itu, tari Bedana tidak hanya menampilkan unsur estetika, tetapi juga mengandung muatan spiritual dan moral.
BACA JUGA:Bupati Dedi Irawan Terima Kunker Bapenda Lampung, Bahas Peningkatan Status Samsat Pesisir Barat
Gerakan Tari Bedana