MEDIALAMPUNG.CO.ID - Ketegangan antara Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) semakin memuncak pada Oktober 2024 setelah tindakan provokatif yang dilakukan kedua belah pihak.
Pemimpin Korut, Kim Jong-un, murka atas laporan bahwa drone Korsel terbang di atas Pyongyang.
Sebagai tanggapan, Korut menghancurkan sebagian jalan yang menghubungkan kedua negara.
Militer Korea Selatan melaporkan bahwa pada 14 Oktober 2024, Korut meledakkan sebagian jalan di sisi utara Garis Demarkasi Militer, tepatnya di jalur Gyeongui dan Donghae.
Menurut Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS), ledakan tersebut terjadi pada siang hari dan tidak menimbulkan kerusakan di sisi Korsel.
Jalur tersebut sebenarnya sudah tidak aktif sejak Agustus 2024, namun tindakan ini tetap dianggap sebagai langkah simbolis untuk memutuskan hubungan antara kedua negara.
Pemerintah Korsel segera meningkatkan pengawasan dan kesiapan militernya, mengantisipasi eskalasi lebih lanjut.
Selain itu, pasukan Korut juga dilaporkan menanam bahan peledak di sepanjang sisi perbatasan, mendorong militer Korsel untuk merespon dengan tembakan peringatan.
Kim Jong-un tidak tinggal diam setelah laporan bahwa Korsel telah menerbangkan drone di atas Pyongyang, sebuah tindakan yang dianggap sebagai provokasi serius oleh rezim Korut.
Pemimpin tersebut mengklaim bahwa drone tersebut telah menjatuhkan selebaran propaganda di ibukota Korut tiga kali sepanjang bulan Oktober 2024.
Hal ini membuat Kim memerintahkan tindakan militer segera untuk menghadapi apa yang disebutnya sebagai “musuh”.
Di pihak Korsel, pemerintah belum mengonfirmasi atau membantah laporan terkait penerbangan drone tersebut.
Namun, mereka memperingatkan Korut bahwa segala ancaman yang ditujukan pada keselamatan warga Korsel akan berujung pada “akhir dari rezim Korut.”
Pernyataan ini menunjukkan betapa seriusnya Korsel dalam menanggapi tindakan provokatif dari Korut.
Situasi ini semakin diperburuk oleh latihan militer gabungan antara Amerika Serikat dan Korsel yang berlangsung beberapa minggu sebelumnya.