
Medialampung.co.id, KEBUNTEBU - Mungkin tidak semua warga suku (adat) lampung, di Kabupaten Lampung Barat (Lambar) terutama yang masih berusia dibawah 20-an tahun, atau hidup di "Zaman Now" mengetahui secara jelas tentang tradisi adat "Malaman" yang dulu rutin dilakukan ketika bulan suci ramadhan.
Seperti diketahui, suku lampung merupakan salah satu, masyarakat adat yang memiliki banyak warisan budaya, diantaran tradisi "Malaman". Yakni, "Malaman Pitu Likhukh" yang dilaksanakan dihari ke 27 puasa, dan "Malaman Buka Dibbi", yang dilaksanakan malam terkahir puasa atau ketika malam taqbiran. Dimana tujuan dari "Malaman" tersebut yakni terdisi menyalakan api mengunakan media batok kelapa atau obor, yang didesain sedemikian mungkin dan dipasangkan dilingkungan pemukiman oleh tiap-tiap rumah. Karena dipercaya pada Dua malam saklar itu arwah yang telah tiada, kembali pulang ke rumah masing-masing. Selain itu tradisi malaman itu menjadi wahana anak-anak khususnya dan muda mudi bergembira ria dengan berlari-lari disepanjang kampung menggunakan obor dengan menyebutkan yel yel "Malamam". Dan untuk mengenang kembali terdisi itu dengan harapan kembali dijalankan diera modern ini, muda mudi Pekon Muarajaya II berencana akan menggelarnya saat malam "Taqbiran" atau di sebut "Malaman Buka Dibbi".Bahkan dalam acara itu muda mudi setempat akan mengundang Bupati Hi Parosil Mabsus. [caption id="attachment_22818" align="aligncenter" width="279"]