Oleh: Dahlan Iskan “TADI malam saya sudah menang mutlak di praktis semua negara bagian yang dipimpin gubernur dari Partai Demokrat. Lalu satu per satu mulai hilang dengan ajaib akibat secara mengejutkan surat suara yang sudah dihitung dibuang. SANGAT ANEH”. Anda pun sudah bisa menduga bahwa itu pasti tweet yang diunggah Presiden Donald Trump kemarin. Yakni setelah ia bangun tidur di hari Kamis pagi. Kok begitu melihat siaran TV perolehan suaranya kalah dengan Joe Biden. Padahal menjelang subuh, sebelum pergi tidur, ia sudah tampil di podium Gedung Putih. Ia sudah merasa menang besar. Termasuk di negara bagian penting Pennsylvania. Ia mengatakan sudah merasa boleh merayakannya. Tiap setengah jam Trump mengunggah tweet. Terlihat begitu geram nadanya. Selalu pula mencurigai terjadinya manipulasi atau penggelapan suara. Tentu ia juga geram atas apa yang ia lihat setelah bangun tidur itu. “Mereka bekerja keras untuk menjadikan 500.000 suara Pennsylvania yang dihitung di depan untuk dihilangkan secepat mungkin. Begitu pula di Michigan dan lain-lainnya,” tulis Trump. Trump dalam pidato menjelang subuh itu memang sempat mengatakan bahwa di Pennsylvania ia ternyata unggul begitu telak. Selisih suaranya mencapai 800.000. “Tidak mungkin lagi dikejar,” ujar Trump yang disambut tepuk tangan oleh yang hadir di Gedung Putih –termasuk istrinya yang tidak terlihat mengantuk. Bangun tidur itu ternyata ia mendapatkan penjelasan dari Pennsylvania. Bahwa suara yang belum dihitung masih sebanyak 3 juta. Berarti selisih 800.000 masih sangat mungkin dikejar. Apalagi suara yang belum dihitung itu kebanyakan dari kota terbesar di Pennsylvania: Philadelphia. Semua orang pun tahu kota besar itu adalah basis Demokrat. Termasuk kota terbesar kedua: Pittsburgh. Mayoritas di dua kota itu pendukung Biden. Sampai tulisan ini saya buat jam 19.00 tadi malam belum ada kemajuan berarti dalam penghitungan suara di Pennsylvania. Trump masih unggul. Tapi suara yang belum dihitung masih 1,4 juta. Saya mencoba melihat praktik penghitungan suara secara live. Ruang itu cukup besar. Petugas yang menghitung juga banyak. Tapi mereka duduk di kursi yang ada di belakang meja kerja. Mereka membuka dulu surat suara itu dengan irama yang tidak dicepat-cepatkan. Membuka surat suaranya biasa saja. Seperti tidak dikejar batas waktu. Mereka seperti tidak peduli kalau di luar sana banyak yang panas-dingin menunggu hasilnya. Hasil penghitungan di Pennsylvania itu sangat ditunggu. Tapi hukum baru di negara bagian itu membolehkan penghitungan suara molor sampai satu minggu kemudian. Padahal posisi saat tulisan ini dibuat, Biden sudah mendapat 264 ”kursi”. Berarti kurang 6 ”kursi” lagi untuk memastikan diri menjadi presiden terpilih. Peroleh ‘kursi’ itu begitu dekat dengan Gedung Putih karena ternyata Michigan dan Wisconsin dimenangkan Biden. Empat tahun lalu dua negara bagian itu dimenangkan oleh Trump. Berarti sudah tiga negara bagian yang pindah ke Biden. Yang satu lagi adalah Arizona. Posisi Trump masih 214. Tapi kalau suara dari tiga negara bagian lainnya –yang juga belum selesai dihitung– dimenangkan Trump posisi Biden gawat. Tiga-tiganya punya jatah kursi yang besar: Pennsylvania, Georgia dan North Carolina. Sambil menunggu perkembangan di Pennsylvania saya pun menoleh ke negara bagian Nevada. Yang lebih banyak padang pasirnya itu. Yang kota terbesarnya bernama –Anda sudah tahu– Las Vegas itu. Nevada memiliki jatah ”kursi” 6 buah. Maka pas. Kalau Biden menang di sini kekurangan 6 ”kursi” itu akan tertutup dari Nevada. Saat saya menulis naskah ini Biden memang unggul di Nevada. Tapi selisihnya hanya 7.000 suara. Padahal belum semua suara dihitung. Hanya saja Biden sudah merasa ayem. Suara yang belum selesai dihitung itu adalah yang dari Las Vegas. Kota-kita di luar Las Vegas memang kecil-kecil. Seperti Reno dan Carson City. Mudah menghitung ya. Cepat. Seluruh penduduk Nevada itu yang 75 persen tinggal di Las Vegas. Kecenderungannya sama: kota-kota besar memilih Biden. Mungkin ketika Anda membaca tulisan ini penghitungan suara di Nevada sudah selesai. Dan 6 ‘kursi’ Nevada menutup kekurangan 6 ”kursi” Biden. Maka saat tulisan ini terbit mungkin saja Biden sudah terpilih. Tidak penting lagi Pennsylvania. Tidak penting lagi tweet-tweet Trump yang mempersoalkan suara di Pennsylvania. Tapi Trump akan terus upload Twitter. Di samping mempersiapkan gugatan-gugatan. Asal jangan menyiapkan kerusuhan. Yang jelas kini Trump tidak sepenuhnya lagi di bela partai. Kian banyak tokoh partai Republik yang mengecam Trump. Terutama mengecam pidatonya menjelang subuh itu. “Saya memang pendukung Trump. Tapi kalau Biden yang menang, saya akan menerimanya,” ujar Gubernur Ohio, Mike DeWine pada Fox News yang juga pro-Trump.(*)
Bangun Tidur
Jumat 06-11-2020,05:44 WIB
Editor : Andry Nurmansyah
Kategori :