Batu Runciang, Menara Karst di Sawahlunto

Batu Runciang, Menara Karst di Sawahlunto

Batu Runciang, salah satu keunikan di ranah minang yang masih kokoh. / Foto --- instagram @minang_rancak ----

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di balik nama besar Sawahlunto sebagai kota tambang tertua di Asia Tenggara, terhampar sebuah pesona alam yang tak banyak diketahui publik. 

Kota kecil di Sumatera Barat ini memang identik dengan “kota arang” karena sejarah panjangnya sebagai penghasil batu bara sejak masa kolonial. 

Namun siapa sangka, Sawahlunto juga menyimpan keindahan geologi yang memesona: Batu Runciang

Sebuah kawasan bebatuan karst alami yang tersusun megah menyerupai menara dengan ujung runcing, menjadi saksi bisu proses alam selama jutaan tahun.

BACA JUGA:Peringatan Tahun Baru Islam ,Desa Fajar Baru Gelar Pawai Budaya Nusantara

Terletak di Jalan Microwave, Kelurahan Silungkang Oso, Kecamatan Silungkang, Batu Runciang berada sekitar 14 kilometer dari pusat Kota Sawahlunto. 

Perjalanan ke sana membutuhkan waktu sekitar 30 menit jika dimulai dari Museum Kereta Api Sawahlunto, salah satu ikon sejarah yang kerap menjadi tujuan utama wisatawan. 

Rute paling umum adalah melewati Puskesmas Singgalang, lalu berbelok ke jalan kecil di sampingnya. 

Namun, tantangan perjalanan sudah terasa begitu kendaraan mulai menanjak melewati jalur sempit yang berkelok. 

BACA JUGA:Harimau Serang Petani Hingga Tewas, Akademisi: BKSDA Pihak yang Paling Bertanggung Jawab

Sekitar 500 meter terakhir menuju lokasi, jalanan berbatu kerikil menambah adrenalin, apalagi saat musim hujan. 

Oleh karena itu, kebanyakan pengunjung memilih menggunakan sepeda motor agar lebih mudah bermanuver.

Kawasan Batu Runciang belum dilengkapi fasilitas wisata memadai karena memang masih dalam tahap pengembangan. 

Pemerintah setempat saat ini belum memungut tiket masuk. Pengunjung hanya perlu membayar biaya parkir yang sangat terjangkau: Rp2.000 untuk sepeda motor dan Rp3.000 untuk mobil. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: