Lukisan Kulit Kayu Asei: Seni Tradisional dari Jantung Papua

lukisan kulit kayu dari Asei telah dikenal hingga ke luar negeri sebagai bagian dari kekayaan budaya Papua. - Foto: Instagram@moppapua--
BACA JUGA:Kai Divre IV Tanjung Karang Terima 13 Lokomotif Baru Untuk Angkutan Barang
Masyarakat Asei memiliki kebiasaan menggunakan batang tunas kelapa yang masih muda sebagai alat melukis.
Batang kelapa muda ini menghasilkan goresan yang khas dan lembut, menciptakan tekstur unik yang membedakan lukisan asli dari tiruan. Cara ini telah menjadi tradisi turun-temurun dan tetap dipertahankan hingga sekarang.
Warna-warna dalam lukisan juga memiliki keistimewaan tersendiri. Dulu, semua warna diperoleh dari bahan-bahan alami di sekitar lingkungan mereka.
Merah dibuat dari sari buah lokal, hitam berasal dari arang, dan putih dari bahan kapur. Seiring waktu, sebagian seniman mulai menggunakan pewarna buatan seperti cat tekstil atau cat rambut untuk mempercepat proses produksi dan memenuhi permintaan pasar.
BACA JUGA:Polresta Bandar Lampung Musnahkan Narkotika Senilai Rp 6,86 Miliar, Selamatkan 63 Ribu Jiwa
Namun demikian, banyak seniman Asei tetap mempertahankan bahan tradisional sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Pada mulanya, kerajinan ini tidak dibuat untuk diperjualbelikan. Lukisan kulit kayu lebih banyak digunakan dalam konteks adat, spiritual, dan ekspresi budaya.
Namun seiring perkembangan zaman, lukisan ini mulai mendapat perhatian lebih luas, termasuk dari kolektor seni dan wisatawan mancanegara.
Banyak pengunjung yang datang ke Kampung Asei untuk membeli langsung hasil karya seniman lokal atau memesan lukisan dengan motif tertentu.
BACA JUGA:Tiga LSM Lampung Apresiasi Langkah Kejagung Usut Dugaan Suap, Dua Pimpinan PT SGC Dicekal
Harga lukisan pun bervariasi, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan, mulai dari ribuan hingga ratusan ribu rupiah.
Kini, lukisan kulit kayu menjadi salah satu sumber penghasilan penting bagi masyarakat Asei.
Banyak di antara mereka yang menggantungkan mata pencaharian dari hasil penjualan kerajinan ini, baik melalui galeri seni, pameran, maupun secara langsung kepada wisatawan.
Perubahan ini menunjukkan bahwa seni tradisional bisa menjadi sarana ekonomi sekaligus upaya pelestarian budaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: