Tari Kethek Ogleng: Warisan Budaya Pacitan yang Sarat Kisah Cinta dan Simbolisme

Tari Kethek Ogleng: Warisan Budaya Pacitan yang Sarat Kisah Cinta dan Simbolisme

Tari Kethek Ogleng adalah sebuah karya seni pertunjukan yang menggabungkan keindahan gerak tari dengan cerita rakyat penuh makna. Foto:Instagram@linggo.group --

Selanjutnya, penari laki-laki muncul dengan karakter berbeda. Ia bergerak dengan lincah, melompat, menggelinding, dan menirukan gerakan seekor kera. Gerakannya yang lucu dan ekspresif membawa suasana pertunjukan menjadi lebih hidup dan interaktif.

BACA JUGA:Pusung Tagel: Ikon Kedewasaan dan Keanggunan Perempuan Bali

Adegan penting pada tarian tersebut terjadi saat sang manusia kera mulai berinteraksi dengan Dewi Sekartaji ketika sedang menyamar. 

Mereka mulai bermain dan membangun hubungan yang akrab. Gerakan-gerakan tari menggambarkan kedekatan mereka secara simbolis dan emosional.

Tari ini diakhiri dengan pengungkapan identitas kedua tokoh. Dewi Sekartaji kembali pada wujud aslinya, begitu juga Raden Panji yang melepas penyamarannya. 

Akhir cerita ditutup dengan simbol penyatuan cinta, digambarkan lewat adegan Dewi menaiki punggung manusia kera, dengan dua dayang mendampingi.

BACA JUGA:Mulai Menghasilkan Uang di TikTok: Dari 1.000 Followers hingga Influencer Profesional

Gerakan menyerupai kera dalam tarian ini bukan hanya sebagai hiburan semata. Simbolisme kera mengandung makna tentang kecerdikan, kesetiaan, dan perjuangan dalam menghadapi rintangan hidup. 

Raden Panji yang menyamar sebagai kera mencerminkan sikap bijak dalam menjalani misi dengan kerendahan hati.

Sementara Dewi Sekartaji, melalui sikapnya yang berani meninggalkan kenyamanan istana demi mempertahankan cintanya, menunjukkan sosok perempuan yang teguh pendirian. 

Kombinasi gerakan kera yang energik dan kelembutan gerakan perempuan menciptakan harmoni yang menghidupkan jalan cerita.

BACA JUGA:Menelusuri Tradisi Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan

Tari Kethek Ogleng bukan hanya tontonan visual, tetapi juga menyimpan nilai-nilai moral seperti keteguhan hati, pengorbanan, dan pentingnya kejujuran dalam sebuah hubungan.

Meskipun tarian tersebut merupakan warisan tradisional, dalam praktiknya Tari Kethek Ogleng telah mengalami berbagai perkembangan. 

Beberapa sanggar seni di Pacitan, termasuk yang dikelola oleh generasi muda, mulai menyesuaikan elemen tari ini dengan nuansa kekinian. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: