Asal Usul dan Perkembangan Lontong, Warisan Kuliner Tradisional Indonesia yang Sarat Makna

Asal Usul dan Perkembangan Lontong, Warisan Kuliner Tradisional Indonesia yang Sarat Makna

lontong diyakini berkembang dari ketupat, makanan serupa yang juga dibuat dari beras namun dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa muda (janur). -Ilustrasi: Canva@Budi Setiawan-

Proses pengukusan dalam waktu lama juga menjadikan teksturnya lebih kenyal dan padat, cocok untuk menyerap kuah atau bumbu makanan lain.

BACA JUGA:Lembah Harau: Duplikat Desa Konoha di Sumatera Barat

Lontong dalam Perspektif Budaya dan Dakwah Islam

Keunikan lontong tidak hanya terletak pada cara pembuatannya atau rasanya saja. Makanan ini juga menyimpan kisah dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. 

Salah satu tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, yakni Sunan Kalijaga, dikenal menggunakan pendekatan budaya untuk menyampaikan ajaran agama. 

Ia memperkenalkan lontong kepada masyarakat sebagai bagian dari dakwah yang membumi dan membaur dengan budaya lokal.

Lontong digunakan dalam berbagai perayaan keagamaan dan kegiatan sosial masyarakat. 

Dalam tradisi masyarakat Jawa, makanan bukan sekadar pengisi perut, tetapi menjadi bagian dari simbol-simbol spiritual dan sosial. 

Misalnya, dalam tradisi Selametan—sebuah ritual syukuran—lontong sering disertakan sebagai salah satu sajian utama, menandakan keberkahan dan persatuan.

BACA JUGA:Langkah Konkret Pemkot Tangani Bencana Banjir di Panjang Utara

Ragam Varian Lontong di Seluruh Nusantara

Menariknya, hampir setiap daerah di Indonesia memiliki versi lontong masing-masing, yang mencerminkan kekayaan budaya kuliner Nusantara. Beberapa varian yang populer antara lain:

• Lontong Sayur: Hidangan khas Betawi dan Sumatera, terdiri dari lontong yang disiram dengan kuah santan dan sayuran seperti labu siam, kacang panjang, serta dilengkapi dengan telur atau tahu.

• Lontong Cap Go Meh: Versi lontong khas etnis Tionghoa-Indonesia yang disajikan saat Cap Go Meh, lengkap dengan opor ayam, sambal goreng, telur pindang, dan kerupuk. Hidangan ini mencerminkan akulturasi budaya antara Tionghoa dan Jawa.

• Lontong Balap: Makanan khas Surabaya yang unik, terdiri dari lontong, tauge, lentho (gorengan kacang tolo), tahu, dan kuah gurih dengan tambahan petis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: