Sepertiga Anak Menderita Rabun Jauh, Melonjak Tajam Pasca Pandemi COVID-19
Prevalensi miopia meningkat tajam, terutama pasca pandemi COVID-19-ideogram.ai@onebuddy-
Faktor Penyebab Peningkatan Miopia
Berbagai faktor mempengaruhi prevalensi miopia. Tempat tinggal di Asia Timur (35%), daerah perkotaan (29%), jenis kelamin perempuan (34%), masa remaja (47%), dan tingkat pendidikan menengah atas (46%) menjadi faktor utama yang dikaitkan dengan peningkatan miopia.
Peningkatan prevalensi ini juga didorong oleh perubahan gaya hidup modern yang cenderung melibatkan lebih sedikit aktivitas fisik dan lebih banyak screen time, terutama selama masa pandemi COVID-19.
Menurut penelitian, anak perempuan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami miopia dibandingkan anak laki-laki.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh pubertas yang lebih awal pada anak perempuan, yang membuat mereka cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan dan lebih sedikit melakukan aktivitas fisik.
Selain itu, tuntutan pendidikan formal yang ketat dan penggunaan perangkat elektronik untuk belajar semakin memperburuk kondisi ini.
Proyeksi Prevalensi Miopia di Masa Depan
Proyeksi menunjukkan bahwa prevalensi miopia global akan terus meningkat hingga mencapai 40% pada tahun 2050.
Diperkirakan Asia akan menjadi kawasan dengan prevalensi miopia tertinggi, dengan 52% pada tahun 2030, 62% pada tahun 2040, dan 69% pada tahun 2050.
Di Asia Timur, khususnya, peningkatan ekonomi yang pesat diduga turut berkontribusi terhadap peningkatan kasus miopia, terutama di kalangan anak-anak.
Studi ini juga mencatat adanya hubungan antara durasi pendidikan formal dan prevalensi miopia, yang mungkin menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka miopia di Asia dibandingkan dengan wilayah lain.
Selain Asia, negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di berbagai belahan dunia juga diprediksi akan menghadapi peningkatan kasus miopia yang signifikan.
Prevalensi di negara-negara ini diperkirakan mencapai 41% pada tahun 2050, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: