Panen Raya Kopi, Petani di Lampung Barat Kesulitan Cari Pekerja Harian

Panen Raya Kopi, Petani di Lampung Barat Kesulitan Cari Pekerja Harian

ILUSTRASI -- Musim panen raya kopi yang berbarengan dengan musim panen padi membuat petani kesulitan mencari tenaga harian lepas-freepik.com@jcomp-

LAMBAR, MEDIALAMPUNG.CO.ID - Musim panen raya kopi yang tengah berlangsung, yang disertai masuknya masa panen padi di beberapa wilayah Kabupaten Lampung Barat (Lambar) menjadi berkah. 

Namun, dibalik itu juga muncul kendala bagi para petani yang mengalami kesulitan lantaran kurangnya tenaga harian lepas

Maya, salah satu petani kopi di Kecamatan Way Tenong mengatakan, dengan berlangsungnya musim kopi di wilayah tersebut, para pemilik lahan perkebunan mengalami kesusahan untuk mencari tenaga harian lepas dalam membantu proses panen. 

Hal itu dikarenakan di masa panen kopi sebelumnya buah kopi tidak sebanyak tahun ini dan merata sehingga antar petani atau masyarakat dapat saling membantu untuk melakukan panen.

BACA JUGA:Ambil Bagian di MPLS SMKN 1 Way Tenong, Koramil Sumber Jaya Beri Wasbang dan Pelatihan PBB

Tetapi karena antar petani fokus menggarap lahan perkebunan masing-masing sehingga untuk tenaga harian lepas berkurang dan sulit didapat. 

"Iya mas kendala yang kami alami sekarang ini sulit mencari tenaga harian lepas yang dapat membantu memetik kopi karena yang selama ini dapat membantu mereka juga tengah fokus menyelesaikan penggarapan di areal kebun mereka," katanya. 

Sementara di wilayah Kecamatan Sekincau dan Batu Ketulis, karena mengalami kesulitan mencari tenaga harian lepas para pemilik lahan kebun kopi sekarang ini menerapkan sistem upah yang berbeda dalam merekrut tenaga harian lepas.

Upah tidak dibayarkan dengan sistem uang harian melainkan sistem upah kopi per-delapan karung.

BACA JUGA:Kelurahan Sekincau Optimis Pertahankan Predikat Lunas PBB Tercepat

Pekerja akan mendapat bagian satu karung kopi dari setiap delapan karung kopi yang dikumpulkan.

Artinya jika dihitung dari persentase tersebut dan harga kopi saat ini yang mencapai Rp70.000 per kilogram, upah pekerja harian bisa mencapai Rp250.000. 

"Jika dengan upah uang gaji harian lepas antara Rp60-80 ribu/kg, dengan ditanggung makan siang, tapi sekarang karena petani memburu agar buah kopi tidak runtuh karena terlambat dipetik maka tidak sedikit mulai menerapkan upah sistem karungan," ungkap Sopian. 

Begitu juga di Kecamatan Belalau, Jhon Hendra salah seorang petani menyampaikan, di wilayah itu mulai masuk panen padi dan para pemilik lahan areal padi ini mengalami kesulitan untuk mencari tenaga harian karena yang selama ini dapat membantu juga tengah fokus melakukan panen kopi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: