Silaturahmi dengan Radar Lampung Group, Parosil Beberkan Tiga Komitmen

Silaturahmi dengan Radar Lampung Group, Parosil Beberkan Tiga Komitmen

Medialampung.co.id – General Manager (GM) Radar Lampung Hi. Purna Wirawan, GM IT Radar Lampung Abdurrahman, Manager Personalia Radar Lampung Group Parah Diba, GM Radar Lambar Mujitahidin, GM Medialampung.co.id Ellys Rahmayani Pemred Radar Lampung Widisandika Budiman, Pemred Radar Lambar Haris Tiawan dan jajaran redaksi serta pemasaran, melakukan silaturahmi dengan Bupati Lambar Hi. Parosil Mabsus di ruang kerja Bupati setempat, Selasa (17/3).

Dalam pertemuan hampir dua jam tersebut, Pakcik---sapaan Parosil Mabsus---yang juga didampingi Asisten III Bidang Administrasi Umum dan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Maidar memaparkan terkait dengan potensi maupun program-program unggulan yang ada di kabupaten setempat. 

Mengawali perannya, Pakcik mengungkapkan kabupaten setempat memiliki tiga komitmen yakni Literasi, Konservasi dan Tangguh Bencana. Terkait tiga komitmen tersebut, menurutnya hingga saat ini sudah banyak daerah yang mengadopsi program yang sebenarnya berawal dari program di Lambar.

”Lambar ini awal saya memimpin dalam predikat kabupaten tertinggal, dan saya menyadari salah satu yang membuat masyarakat pintar yakni dengan membaca atau literasi, karena itu dari awal kami gagas bagaimana menjadikan kabupaten ini sebagai kabupaten literasi,” ungkapnya.

Meski dengan banyak keterbatasan, seperti jumlah buku bacaan yang sedikit, tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan program tersebut.

”Namun Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, banyak yang tergerak, banyak yang mendonasikan buku-buku bacaan, seperti di awal literasi ini didengungkan salah satunya Unila yang memberikan kami bantuan buku, belum lagi pihak-pihak lain yang secara swadaya membentuk dan membangun pojok baca yang kini sudah menyebar di Lambar,” beber Pakcik.

Terkait munculnya kesadaran masyarakat terkait literasi, kata dia, maka ini menjadi motivasi tersendiri bagi pemerintah daerah untuk terus menumbuh kembangkan gerakan literasi daerah. Salah satunya yakni mengusulkan kepada pusat untuk dibangunnya perpustakaan yang representatif.

”Meski pernah ditinjau oleh Perpusnas, dan hasilnya  belum memenuhi standar untuk dibangunnya apa yang diusulkan,  namun pemerintah daerah akan terus berupaya untuk membangun perpustakaan yang akan menjadi ikon Lambar dan masih terus didiskusikan serta akan dilaporkan kembali ke Panselnas, dan rencananya akan dibangun Perpustakaan Bung Karno,” jelasnya.

Selanjutnya, terkait dengan komitmen lainnya yakni Kabupaten Konservasi, bentuk program yang terus digalakkan salah satunya melalui penanaman pohon, pada setiap agenda atau acara-acara pemerintahan, seperti musyawarah rencana pembangunan (Musnrenbang) di tingkat kecamatan dan acara lainnya.

”Untuk suksesnya program kabupaten konservasi yang telah dicanangkan, contoh kecilnya saja kita mengadakan Musrenang kecamatan, itu kita bagikan bibit pohon untuk ditanam, bibit yang dibagikan itu juga harus memenuhi standar, artinya kita tidak mau menanam pohon yang asal-asalan, karena bagaimana kita menanam pohon dan masyarakat bisa menikmati hasilnya, seperti  buah-buahan,”kata dia.

Tidak hanya itu, implementasi program ini juga dilakukan melalui integrasi perkebunan kopi dengan peternakan kambing, dimana mampu mengurangi penggunaan pupuk berbahan kimia maupun pestisida.

”Dalam program tersebut petani kita kasih bantuan bibit kambing, dan terintegrasi dengan perkebunan kopi. Dimana kotoran kambing itu  bisa digunakan untuk pupuk dalam menyuburkan tanaman kopi, dan tentunya bisa mengurangi penggunaan pupuk berbahan kimia, kemudian hasil peternakan kambing itu sendiri bisa bisa mensejahterakan petani,” sebut Pakcik.

Selanjutnya,  komitmen terakhir yakni soal Kabupaten Tangguh Bencana, dimana belajar dari sejarah Lambar pada tahun 1933 dan 1994 dilanda gempa bumi dengan menelan banyak korban jiwa dan kerugian materi yang tidak sedikit.

”Aliran sungai Waysemangka hingga BNS dan Suoh, begitu juga ke arah Lumbokseminung itu merupakan patahan semangko, yang sangat berpotensi terjadi gempa bumi, longsor dan banjir sehingga kita menyebut wilayah-wilayah patahan semangko tersebut ada kehidupan di garis kematian, ini fakta karena ada pekon di Suoh pada gempa tahun 1933  hilang ditelan bumi, sehingga kita mencari cara bagaimana kita tangguh dalam menghadapi bencana,” tukasnya.

Belum lagi potensi-potensi bencana alam lainnya, yang tentunya harus diwaspadai bersama. Dalam program ini, pelatihan satgas  penanggulangan bencana dilakukan hingga di tingkat pekon. Dengan harapan sewaktu-waktu terjadi bencana alam maka masyarakat bisa secara mandiri melakukan upaya-upaya penyelamatan diri. (nop/mlo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: