Dimulai Senin
ADA pemikiran baru: dunia penerbangan bisa segera pulih dengan mekanisme kartu kuning. Naik pesawat ke mana pun aman dengan kartu kuning itu.
Itulah kartu yang diberikan kepada calon penumpang yang sudah menjalani vaksinasi Covid-19.
Jamaah haji Indonesia sudah terbiasa dengan mekanisme kartu kuning itu. Pemerintah Arab Saudi mewajibkan jamaah haji dan umrah untuk vaksinasi meningitis. Kalau tidak punya kartu kuning, mereka tidak bisa masuk Makkah dan Madinah.
Bukti bahwa mereka sudah menjalani vaksinasi meningitis adalah kartu kuning itu. Yang dilipat dan diselipkan ke dalam paspor.
Mekanisme kartu kuning ini tentu lebih mudah dibanding tes. Yang perlu menunggu hasil tesnya.
Tentu di zaman ini tidak perlu lagi kartu kuning dalam bentuk kertas. Bisa secara digital. Berarti sekarang ini ''kartu kuning digital'' sudah harus mulai disiapkan. Kalau perlu sudah mulai dibuat. Ikut cara Trump. Agar saat vaksin mulai disuntikkan ''kartu kuning digital'' ini sudah bisa dipakai.
Perusahaan-perusahaan penerbangan tentu juga tertarik untuk menyiapkan diri. Sekarang. Demikian juga kereta api. Pun hotel-hotel di Bali –dan di mana pun.
Game changer-nya kali ini ternyata adalah Inggris. Tiba-tiba saja Inggris mengumumkan: menyetujui penggunaan vaksin produksi Pfizer dari Amerika. Awal minggu ini.
Inggris juga langsung membeli sebanyak 40 juta unit. Hebatnya lagi: Senin lusa Inggris sudah mulai melakukan vaksinasi Covid-19.
Rupanya Inggris coming from behind –untuk meminjam istilah sepak bola. Inggris tahu tanggal 10 Desember nanti FDA –otoritas makanan dan obat-obatan Amerika– akan bersidang. Hari itu FDA akan menghasilkan putusan penting: vaksin produksi Pfizer diizinkan digunakan secara darurat. Mungkin juga sekalian vaksin produk Moderna. Berarti sebelum Natal Amerika sudah mulai vaksinasi.
Tiga mantan presiden pun siap melakukan vaksinasi di hari pertama: Barack Obama, Bill Clinton, dan George Bush. Agar rakyat tidak ragu-ragu menjalani vaksinasi.
Mereka pun bersedia saat disuntik nanti disiarkan langsung oleh televisi.
Maka mulai muncul pertanyaan. Mengapa Donald Trump tidak diajak sekalian? Yang menjawab ternyata komika: itu khusus untuk presiden yang menjabat dua periode.
Pfizer menyatakan, kini sudah memiliki stok 800 juta unit. Sebagian di produksi di pabriknya di Michigan. Sebagian lagi, untuk pasar Eropa, diproduksi di pabriknya di Belgia.
Bagaimana bisa izin baru (akan) keluar sudah punya produksi 800 juta unit?
Itulah hebatnya Donald Trump. Yang mungkin dinilai ceroboh oleh BPK-nya di sana. Tapi begitulah cara kerja cepat. Di masa yang kritis.
Hari itu, begitu ada indikasi vaksin bisa ditemukan, pemerintah Trump menggelontorkan bermiliar-miliar dolar.
Ketika para peneliti masih bekerja di lab pabrik mulai dibangun. Pembelian sarana logistik dilakukan.
Risikonya: kalau vaksin gagal ditemukan bermiliar dolar itu hilang.
Bahkan begitu ilmuwan berhasil menemukan vaksin itu bagian produksi langsung bekerja. Kalau misalnya ternyata izin tidak keluar, produksi itu akan dimusnahkan.
Begitulah, kerja model Trump itu kini dirasakan manfaatnya bagi banyak orang. Ia masih bisa melihatnya sebagai hasil jerih payahnya. Mungkin dengan hati mendongkol: kenapa tidak bisa selesai sebelum Pemilu.
Harusnya bisa. Hanya saja Pfizer mengalami penundaan jadwal kedatangan salah satu bahan baku. Hanya saja tidak dirinci bahan baku yang mana.
Tiongkok sendiri tiba-tiba seperti kehilangan angin. Padahal Tiongkoklah yang pertama-tama mengumumkan penemuan vaksin itu.
Rupanya Tiongkok pun menunggu momentum. Begitu Inggris mengeluarkan izin, Tiongkok bergerak. Kemarin Tiongkok mengumumkan sudah berhasil memproduksi 600 juta unit. Sebagian sudah tiba di Jakarta –dua atau tiga hari lalu.
Kapan Indonesia memulai? Tentu masih menunggu dua hal: kesiapan Biofarma untuk memasukkan vaksin itu ke botol-botol kecil dan keluarnya izin dari BPOM.
Saya pun sangat menunggu keterbukaan dari Biofarma dan BPOM. Sedang di manakah proses itu sekarang? Bagaimana gambaran jadwalnya?
Kelihatannya BPOM masih menunggu laporan hasil uji coba tahap 3 di Bandung. Yang mungkin baru bisa diserahkan tanggal 1 Januari 2021.
Berarti BPOM masih harus mengaji laporan itu. Setidaknya tiga minggu. Sampai 21 Januari 2021.
Yah...kelihatannya 1 Februari 2021 baru bisa dimulai.
Alhamdulillah.(Dahlan Iskan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: