Belum lagi biaya tak terlihat seperti pajak, biaya platform freelance, dan komisi. Jika tidak dikelola dengan baik, pengeluaran ini dapat menggerus pendapatan secara signifikan.
Tekanan finansial juga berdampak pada kesehatan mental freelancer. Kekhawatiran akan proyek berikutnya, target pendapatan, dan persaingan ketat dapat menurunkan produktivitas.
Ketika kondisi mental terganggu, kualitas kerja menurun, peluang proyek berkurang, dan siklus masalah finansial kembali berulang. Tantangan ini sering luput dari perhatian karena tidak kasat mata.
Menghadapi tantangan tersebut, literasi keuangan menjadi kunci bertahan di dunia freelance.
BACA JUGA:Freelance Terlihat Bebas, Tapi Menyimpan Lelah yang Tak Pernah Dibicarakan
Freelancer dituntut mampu mengatur arus kas, menyiapkan dana darurat, serta memisahkan keuangan pribadi dan profesional.
Tanpa kemampuan ini, kebebasan freelance justru bisa berubah menjadi jebakan ketidakstabilan ekonomi jangka panjang.
Tantangan finansial freelancer bukan tanda kegagalan sistem, melainkan konsekuensi dari perubahan pasar tenaga kerja. Dunia kerja semakin fleksibel, tetapi tanggung jawab semakin besar di tangan individu.
Freelance tetap menawarkan peluang besar, namun hanya bagi mereka yang siap menghadapi realitas finansial di balik kebebasan yang ditawarkan.
BACA JUGA:Persija vs Bhayangkara Presisi Lampung FC, Munster Bidik Tiga Poin di kandang Macan Kemayoran