Suku Tidung memiliki banyak tradisi adat yang masih dipertahankan hingga kini. Salah satu yang paling terkenal adalah Iraw Tengkayu, yaitu pesta laut yang diadakan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki hasil laut yang melimpah.
Dalam upacara ini, masyarakat membawa berbagai sesaji ke laut sambil melantunkan doa dan lagu adat.
Tradisi ini juga menjadi ajang mempererat hubungan antarwarga dan melestarikan semangat gotong royong.
BACA JUGA:Menggali Nilai dan Keindahan Tari Pajoge Bugis-Makassar
Selain itu, ada pula upacara Bepupur, yaitu ritual adat menjelang pernikahan. Dalam tradisi ini, calon pengantin dimandikan dengan air yang telah dicampur bunga-bungaan dan ramuan tradisional.
Prosesi ini melambangkan penyucian diri serta harapan agar kehidupan rumah tangga yang akan dijalani penuh kebahagiaan dan keberkahan.
Seni musik dan sastra lisan juga menjadi bagian penting dari kebudayaan Tidung. Lagu daerah “Bebilin” misalnya, menggambarkan nilai-nilai moral, cinta, dan kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir.
Lagu ini sering dinyanyikan dalam acara adat dan menjadi simbol kebanggaan budaya mereka.
BACA JUGA:Tradisi Mappalette Bola: Pindah Rumah Unik ala Suku Bugis
Ciri dan Nilai Kehidupan Masyarakat Tidung
Masyarakat Tidung dikenal memiliki karakter yang ramah, terbuka, dan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan.
Dalam kehidupan sosial, mereka sangat menghormati adat, menjaga keharmonisan dengan sesama, serta menanamkan nilai gotong royong dalam berbagai kegiatan.
Sebagian besar masyarakat Tidung kini memeluk agama Islam, namun mereka tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal warisan leluhur.
BACA JUGA:Gubernur Mirza Ajak Masyarakat Lampung Lestarikan Adat di Tengah Arus Modernisasi
Gabungan antara budaya Dayak dan pengaruh Islam inilah yang menjadikan identitas Suku Tidung begitu unik dan berbeda dari suku lainnya di Kalimantan.
Suku Tidung adalah bukti hidup akan kekayaan budaya Nusantara. Mereka berhasil mempertahankan identitasnya di tengah perubahan zaman tanpa kehilangan akar tradisi.