MEDIALAMPUNG.CO.ID - Gravitasi adalah salah satu kekuatan paling mendasar di alam semesta—sebuah daya tak terlihat yang bekerja tanpa henti, mengatur gerak planet, bintang, dan bahkan tubuh kita sendiri di Bumi.
Tanpa gravitasi, segala sesuatu akan melayang bebas di ruang angkasa, dan kehidupan seperti yang kita kenal mungkin tidak akan pernah ada.
Isaac Newton adalah orang pertama yang merumuskan hukum gravitasi secara ilmiah pada abad ke-17.
Melalui kisah legendaris jatuhnya apel, Newton menemukan bahwa gaya yang membuat apel jatuh ke tanah adalah gaya yang sama yang menahan Bulan tetap mengorbit Bumi. Penemuan ini mengubah cara manusia memahami alam semesta.
BACA JUGA:Terapi Musik: Mengapa Irama Bisa Jadi Obat untuk Pikiran
Berabad-abad kemudian, Albert Einstein memperluas pandangan Newton dengan Teori Relativitas Umum.
Menurut Einstein, gravitasi bukan sekadar gaya tarik antar benda bermassa, melainkan efek dari kelengkungan ruang dan waktu (spacetime) yang disebabkan oleh massa.
Semakin besar massa suatu benda, semakin besar pula lengkungan ruang-waktu di sekitarnya—dan itulah yang kita rasakan sebagai gravitasi.
Teori ini bukan hanya menjelaskan fenomena di Bumi, tetapi juga mampu menggambarkan perilaku benda langit dalam skala kosmik, seperti lubang hitam dan pergerakan galaksi.
BACA JUGA:Rahasia di Balik Cahaya: Bagaimana Fisika Optik Mengubah Dunia Modern
Bahkan, tanpa teori Einstein, sistem GPS yang kita gunakan setiap hari tidak akan seakurat sekarang.
Meski tak terlihat, gravitasi bekerja di setiap detik kehidupan manusia. Ia menjaga udara tetap menempel di Bumi, membuat air mengalir ke laut, dan menentukan arah jatuhnya benda.
Dalam bidang teknik, gravitasi menjadi faktor penting dalam perancangan bangunan, jembatan, hingga sistem transportasi.
Di dunia olahraga, gravitasi juga menjadi lawan sekaligus kawan. Seorang atlet lompat tinggi atau pesepak bola profesional harus memahami gaya gravitasi untuk mengatur arah dan kekuatan lompatan maupun tendangan agar mencapai hasil optimal.
BACA JUGA:Gravitasi Kuantum: Menyibak Misteri Alam Semesta 2025