Kapal mereka, seperti jong dan lancang kuning, dibuat dari kayu pilihan yang tahan lama, dengan sistem penggabungan papan tanpa paku besi — teknik yang kini menjadi inspirasi desain kapal tradisional modern.
Bukti lain menunjukkan bahwa Majapahit sudah memahami navigasi bintang dan arah angin muson, memungkinkan mereka melakukan pelayaran jarak jauh ke Malaka, Filipina, bahkan India.
Sayangnya, banyak bukti fisik dan catatan ilmiah Majapahit hilang bersama waktu. Letusan gunung, bencana alam, dan perubahan politik membuat banyak artefak terkubur atau hancur.
Namun, pengaruhnya masih bisa dirasakan dalam berbagai bentuk — mulai dari teknologi pertanian, arsitektur, hingga sistem pemerintahan desa (banjar dan mandala) yang masih bertahan di Indonesia modern.
BACA JUGA:Kutub Utara: Keindahan, Bahaya, dan Rahasia di Ujung Dunia
Beberapa arkeolog meyakini masih ada situs bawah tanah di Trowulan yang menyimpan artefak teknologi logam, alat ukur, atau bahkan sistem perpipaan air kuno yang belum ditemukan.
Kemajuan teknologi Majapahit membuktikan bahwa nenek moyang Nusantara bukan hanya pejuang dan pedagang, tapi juga insinyur dan ilmuwan hebat.
Mereka membangun peradaban dengan pemahaman mendalam terhadap alam, sains, dan rekayasa.
Kini, tantangannya bagi generasi modern adalah menggali kembali pengetahuan itu — bukan untuk romantisme masa lalu, tapi sebagai inspirasi membangun teknologi berakar lokal untuk masa depan Indonesia.
BACA JUGA:Rahasia di Balik Pelangi: Fenomena Fisika yang Indah dan Menakjubkan