
Bamsoet juga menyoroti kebijakan fiskal yang dianggap tidak adil terhadap dunia balap.
Ia menilai peralatan dan kendaraan balap seharusnya tidak disamakan perlakuannya dengan kendaraan komersial dari sisi perpajakan.
“Spare part, motor, dan mobil balap dikenai pajak seperti kendaraan biasa. Ini tidak masuk akal. Para pembalap adalah atlet profesional, bahkan pahlawan olahraga di bidang otomotif. Sudah saatnya mereka diberi perlakuan khusus,” tegasnya.
Bahkan dia juga mendorong pemerintah untuk memberi insentif serupa dengan cabang olahraga prioritas lain untuk menciftakan prestasi dan pengembangan industri pendukung otomotif nasional.
BACA JUGA:Jaecoo J8 Ardis Resmi Mengaspal di Indonesia, Varian Hybrid Sudah Bisa Dipesan
Di tengah berbagai tantangan, Bamsoet tetap optimistis. Ia menyebut sudah ada tiga pembalap muda asal Indonesia yang tampil di kompetisi internasional, membuktikan bahwa pembinaan dan ekosistem yang baik mampu melahirkan talenta bertaraf dunia.
“Apalagi saat ini kita sudah punya pembalap yang tampil di ajang internasional. Ini bukti bahwa potensi kita besar. Sekarang tinggal bagaimana sistemnya diperbaiki dan diberikan dukungan penuh,” pungkasnya.
Sirkuit Mandalika saat ini memiliki sertifikasi Grade 3 FIA, dan untuk menjadi tuan rumah F1 dibutuhkan upgrade infrastruktur agar bisa memperoleh Grade 1.
Fadillah Arbi Aditama (Moto3) merupakan salah satu contoh keberhasilan pembinaan terhadap pembalap muda Indonesia. IMI bahkan sudah membina lebih dari 200 klub otomotif di seluruh Indonesia dan menjadi mitra strategis dalam regulasi serta edukasi komunitas otomotif. (*)