
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di sudut selatan Pulau Papua, terdapat sebuah suku yang kaya akan tradisi dan kisah leluhur, yaitu suku Asmat. Komunitas ini dikenal sebagai penjaga budaya yang kuat, dengan sejarah dan sistem kepercayaan yang unik.
Dalam keyakinan mereka, leluhur pertama tidak lahir seperti manusia biasa, tetapi berasal dari ukiran kayu yang diberi kehidupan oleh kekuatan spiritual agung. Kisah ini telah mengakar kuat dan membentuk identitas masyarakat Asmat sebagai keturunan langsung dari sosok sakral.
Suku Asmat bukan hanya sekadar kelompok etnis, tetapi simbol warisan budaya yang mengajarkan harmoni antara manusia dan alam.
Kepercayaan mereka pada leluhur dan makhluk gaib menjadi pondasi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, termasuk dalam seni, ritual, dan hubungan sosial.
BACA JUGA:7 Kisah Asmara Para Pemain Meteor Garden: Dari Bahagia, Drama, Hingga Tragedi
Dua Kelompok Utama Berdasarkan Wilayah
Secara geografis, masyarakat Asmat terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu mereka yang tinggal di wilayah pesisir dan yang berada di pedalaman.
Masing-masing kelompok memiliki pola hidup yang berbeda menyesuaikan kondisi lingkungan.
Kelompok pesisir umumnya menggantungkan hidup dari hasil laut dan memiliki interaksi yang lebih luas dengan masyarakat luar.
BACA JUGA:5 Artis Indonesia yang Melakukan Transformasi Ekstrim Demi Peran
Sementara kelompok pedalaman lebih tertutup, bergantung pada hasil hutan, serta mempertahankan tradisi yang lebih murni dan jarang tersentuh modernisasi.
Perbedaan ini tidak hanya terlihat dalam mata pencaharian, tetapi juga dalam cara pandang dan struktur sosial mereka.
Namun, keduanya tetap bersatu dalam nilai budaya dan adat istiadat yang menjadi identitas utama suku Asmat.
Dari segi fisik, suku Asmat dikenal memiliki postur tinggi, rambut keriting, dan kulit berwarna gelap. Ciri-ciri ini menunjukkan kedekatan mereka secara genetik dengan masyarakat Melanesia yang menyebar di wilayah Pasifik.
BACA JUGA:Lukisan Kulit Kayu Asei: Seni Tradisional dari Jantung Papua