
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Nama Lisa Mariana kembali mencuri perhatian publik. Kali ini bukan karena isu hubungan pribadi atau kontroversi sebelumnya, melainkan lantaran ia diduga melakukan penipuan terhadap salah satu temannya sendiri.
Kasus ini menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan karena melibatkan sosok yang sebelumnya sudah dikenal oleh masyarakat luas.
Kisah berawal saat seorang wanita bernama AA, yang juga teman dekat Lisa Mariana, menceritakan bahwa Lisa sempat meminjam sejumlah uang kepadanya.
Menurut AA, ketika Lisa memohon pinjaman itu, sikapnya sangat emosional dan terlihat gemetar, seolah sedang berada dalam tekanan besar. Hal ini membuat AA merasa iba dan akhirnya memberikan pinjaman tersebut.
BACA JUGA:Watu Parunu, Wisata dengan Akar Budaya
Namun, setelah uang diserahkan, Lisa mendadak menghilang dan tak lagi menanggapi pesan atau panggilan dari AA.
Berbagai usaha untuk menghubungi Lisa agar uangnya dikembalikan tidak membuahkan hasil. Hal ini yang membuat AA curiga bahwa Lisa sengaja berniat menipu.
Selain dugaan penipuan uang pinjaman, AA juga mengungkap bahwa Lisa pernah melakukan penipuan melalui transaksi jual beli secara online.
AA pernah membeli barang berupa piama dan tas makeup dari Lisa dengan membayar sebesar Rp1,8 juta. Namun, barang yang dibeli tidak kunjung sampai ke tangan AA.
BACA JUGA:Pulau Randayan: Pesona Tropis di Barat Kalimantan
Ketika AA meminta nomor resi sebagai bukti pengiriman, Lisa justru menghindar dan memblokir semua komunikasi. Sikap ini memperkuat dugaan bahwa Lisa memang tidak berniat mengirim barang tersebut dan sengaja menipu pembeli.
Tidak hanya AA, beberapa orang lain juga mengaku menjadi korban penipuan serupa. Mereka melaporkan kejadian ini ke kepolisian agar bisa diusut secara hukum.
Menanggapi tuduhan ini, Lisa Mariana melalui admin WhatsApp-nya memberikan klarifikasi. Ia membantah telah melakukan penipuan dan menjelaskan bahwa keterlambatan pengiriman barang disebabkan oleh kendala dalam proses pengiriman, bukan niat buruk.
Namun, hingga kini ia belum dapat menunjukkan bukti valid seperti nomor resi pengiriman atau konfirmasi resmi dari jasa ekspedisi yang membuktikan barang sudah dikirim. Hal ini menimbulkan keraguan di kalangan korban dan publik.
BACA JUGA:Menggali Peluang Penghasilan dari Facebook: Empat Strategi Monetisasi di Era Digital