Tari Kethek Ogleng: Warisan Budaya Pacitan yang Sarat Kisah Cinta dan Simbolisme

Rabu 02-07-2025,16:18 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan
Tari Kethek Ogleng: Warisan Budaya Pacitan yang Sarat Kisah Cinta dan Simbolisme

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, termasuk dalam bentuk seni pertunjukan tradisional. 

Salah satu tarian yang cukup menarik perhatian yakni: Tari Kethek Ogleng yang berasal dari Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. 

Tarian ini bukan hanya memperlihatkan gerakan yang atraktif dan unik, tetapi juga mengangkat cerita klasik yang penuh nilai moral dan budaya.

Tari Kethek Ogleng berakar dari Desa Tokawi, Kecamatan Nawangan, di Kabupaten Pacitan. Tarian ini mengangkat kisah legendaris dari cerita Panji, yang sangat populer di kalangan masyarakat Jawa. 

Kisah tersebut menceritakan sepasang kekasih, yakni Dewi Sekartaji dan Raden Panji Asmorobangun, yang mengalami berbagai ujian cinta dan penyamaran sebelum akhirnya bersatu kembali.

BACA JUGA:Vunja Ada Mpae: Ungkapan Syukur atas Panen dalam Tradisi Adat Desa Toro

Cerita dimulai saat Dewi Sekartaji yang merupakan putri dari Kerajaan Jenggala dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya. 

Karena tidak menerima keputusan tersebut, ia memutuskan untuk melarikan diri dari istana bersama dua dayangnya. Dalam pelariannya, ia menyamar menjadi rakyat biasa dan menetap di sebuah tempat terpencil.

Sementara itu, Raden Panji yang mengetahui kepergian kekasihnya, turut mencari keberadaan sang putri. 

Ia mendapat saran untuk menyamar sebagai manusia kera agar tak mudah dikenali dalam pencariannya. 

BACA JUGA:Festival Erau: Warisan Budaya Kutai Kartanegara yang Mendunia

Akhirnya, kedua tokoh tersebut bertemu tanpa mengetahui identitasnya masing-masing. Mereka menjalin hubungan pertemanan yang erat, hingga akhirnya saling mengenali dan kembali bersatu.

Tari Kethek Ogleng dipentaskan oleh empat orang penari. Tiga di antaranya adalah perempuan yang berperan sebagai Dewi Sekartaji dan dua dayangnya, sementara satu penari laki-laki memerankan manusia kera yang tak lain adalah Raden Panji dalam penyamaran.

Tarian dimulai dengan kemunculan ketiga penari perempuan. Mereka tampil dengan gerakan lemah gemulai yang mencerminkan suasana pelarian Dewi Sekartaji dari kerajaannya. Gerakan mereka penuh keanggunan, mewakili sosok bangsawan yang sedang menyamar.

Selanjutnya, penari laki-laki muncul dengan karakter berbeda. Ia bergerak dengan lincah, melompat, menggelinding, dan menirukan gerakan seekor kera. Gerakannya yang lucu dan ekspresif membawa suasana pertunjukan menjadi lebih hidup dan interaktif.

Kategori :