Festival Erau: Warisan Budaya Kutai Kartanegara yang Mendunia

Selasa 01-07-2025,16:13 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan
Festival Erau: Warisan Budaya Kutai Kartanegara yang Mendunia

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Festival Erau merupakan salah satu tradisi budaya tertua di Indonesia, yang berasal dari Kesultanan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. 

Acara ini telah berlangsung sejak ratusan tahun silam dan kini menjadi simbol identitas budaya masyarakat Kutai. 

Seiring perkembangan zaman, Erau bukan hanya menjadi ritual adat, tetapi telah bertransformasi menjadi ajang pertunjukan seni berskala internasional yang melibatkan berbagai negara.

Secara etimologis, kata “Erau” diambil dari bahasa Kutai, yaitu “eroh” yang menggambarkan suasana ramai, meriah, dan penuh kegembiraan. 

BACA JUGA:Pusung Tagel: Ikon Kedewasaan dan Keanggunan Perempuan Bali

Istilah ini sangat sesuai dengan atmosfer perayaan yang selalu ditandai dengan keramaian masyarakat dan pelaksanaan berbagai upacara adat.

Festival ini bermula dari peristiwa penting dalam sejarah kerajaan, yakni saat seorang anak raja melakukan upacara pijakan pertama ke tanah sebagai tanda kedewasaan. 

Tradisi tersebut kemudian berkembang menjadi perayaan besar saat pengangkatan raja baru. 

Sejak itu, setiap pergantian kekuasaan di lingkungan kerajaan selalu dirayakan dengan Festival Erau sebagai bentuk syukur dan penghormatan terhadap adat.

BACA JUGA:Tari Cilinaya: Warisan Seni Bali yang Penuh Sukacita

Salah satu ciri khas dari Festival Erau adalah aturan adat yang melarang sultan atau raja untuk menginjak tanah selama festival berlangsung. 

Larangan ini menunjukkan penghormatan tinggi terhadap pemimpin yang dianggap memiliki kekuatan spiritual dalam masa suci tersebut. 

Selama periode ini, sultan akan tetap berada di dalam istana dan tidak boleh melakukan kontak langsung dengan tanah atau masyarakat.

Tanda dimulainya festival ditandai dengan pengangkatan tiang utama atau simbol spiritual yang diyakini menjadi penanda dimulainya prosesi adat. Tiang ini akan tetap berdiri selama rangkaian kegiatan berlangsung dan menjadi pusat perhatian dalam setiap ritual.

BACA JUGA:Menelusuri Tradisi Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan

Kategori :