
Yadnya Kasada bukan hanya sebuah tradisi, melainkan cerminan kearifan lokal yang sarat makna spiritual.
Puncak upacara ditandai dengan pelemparan sesaji ke dalam kawah Gunung Bromo. Sesaji yang dilemparkan bisa berupa hasil pertanian seperti kentang, sayur-mayur, buah-buahan, bunga, beras, bahkan ayam dan kambing hidup.
Tindakan ini melambangkan pengorbanan, rasa syukur, penyucian diri, serta menjaga keseimbangan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Bagi masyarakat Tengger, Gunung Bromo adalah gunung suci, bagian dari alam yang harus dihormati. Kawahnya dianggap sebagai pelabuhan akhir semua doa dan persembahan yang ditujukan kepada Sang Hyang Widhi serta arwah leluhur mereka.
BACA JUGA:Legenda Pengorbanan Seorang Ibu dari Tanah Gayo, Atu Belah Atu Bertangkup
Upacara Yadnya Kasada terdiri dari beberapa tahapan penting. Tahap pertama adalah mendhak tirta, yaitu prosesi pengambilan air suci dari mata air yang diyakini keramat.
Kemudian dilanjutkan dengan makemit, yaitu berjaga semalaman di pura dengan doa dan meditasi. Setelah itu, dilakukan melasti, yakni ritual penyucian perlengkapan upacara.
Pada malam menjelang puncak acara, digelar pula pertunjukan budaya seperti sendratari dan gamelan tradisional. Puncak acara berlangsung menjelang dini hari hingga pagi, ketika sesaji dibawa dalam iring-iringan menuju kawah Gunung Bromo untuk dilemparkan.
Prosesi ini dipimpin oleh para dukun pandhita, yakni pemimpin spiritual masyarakat Tengger. Para dukun juga bertugas menyeleksi calon dukun baru yang harus hafal berbagai mantra dan menjalani ujian spiritual.
BACA JUGA:Gambus: Alat Musik Warisan Budaya Melayu dengan Akar Timur Tengah
Meski esensinya sakral, Yadnya Kasada kini menjadi daya tarik wisata budaya. Ribuan wisatawan lokal maupun mancanegara datang untuk menyaksikan keunikan upacara ini.
Mereka yang datang bukan hanya menikmati keindahan panorama Bromo di kala fajar, tetapi juga mempelajari nilai-nilai spiritual dan tradisi lokal yang masih lestari.
Sejak tahun 1980-an, upacara ini mulai dilengkapi dengan tambahan acara seperti penobatan warga kehormatan Tengger dari kalangan pejabat atau tokoh nasional.
Mereka dikukuhkan oleh dukun pandhita sebagai bentuk penghargaan dan simbol persaudaraan antara masyarakat Tengger dan dunia luar.
BACA JUGA:Kerajinan Tangan Kalimantan Timur: Menjaga Tradisi di Tengah Arus Zaman
Yadnya Kasada bukan sekadar warisan masa lampau, melainkan perwujudan cara hidup dan filosofi orang Tengger.