Kacaping Mandar: Alunan Tradisi dari Bumi Sulawesi Barat

Kamis 12-06-2025,17:30 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan
Kacaping Mandar: Alunan Tradisi dari Bumi Sulawesi Barat

Meski terdengar ringan, tede sebenarnya mengandung makna sosial yang mendalam dan menjadi sarana menjaga hubungan antara pemain dan penonton.

Seiring perkembangan zaman, eksistensi kacaping Mandar mulai terpinggirkan oleh musik modern. 

Generasi muda semakin sedikit yang mengenal atau bahkan tertarik untuk mempelajarinya. Kondisi ini menjadi kekhawatiran bagi para budayawan di Sulawesi Barat.

BACA JUGA:Reog Ponorogo: Simbol Kearifan Lokal yang Mendunia

Meski demikian, upaya pelestarian terus dilakukan. Sejumlah sanggar seni dan komunitas lokal mulai mengajarkan permainan kacaping kepada anak-anak dan remaja. 

Pemerintah daerah juga telah menetapkan kacaping sebagai bagian dari warisan budaya tak benda yang harus dijaga keberlangsungannya.

Selain itu, beberapa institusi pendidikan telah memasukkan seni musik tradisional, termasuk kacaping, ke dalam kurikulum muatan lokal. 

Hal ini menjadi angin segar bagi masa depan kacaping agar tetap hidup dan berkembang di tengah arus globalisasi.

BACA JUGA:Tari Tupping: Tarian Tradisional Lampung Selatan yang Penuh Sejarah dan Makna

Kacaping Mandar lebih dari sekadar alat musik. Ia adalah warisan leluhur yang menyuarakan kearifan lokal, nilai spiritual, serta keindahan seni yang bersahaja. 

Dalam setiap dentingan senarnya, terdapat cerita tentang laut, tentang keluarga, dan tentang rasa syukur.

Melestarikan kacaping berarti menjaga akar budaya yang membentuk jati diri masyarakat Mandar. 

Selama masih ada generasi yang mau belajar dan mendengarkan, maka suara kacaping akan terus hidup dan mengalun indah, menjadi saksi dari kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa.(*)

Kategori :