
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan tradisi, salah satunya tercermin dari keragaman kain tradisional yang dimiliki setiap daerah.
Di Sumatera Selatan, kain-kain tradisional tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh, tetapi juga sebagai simbol adat, status sosial, hingga identitas budaya masyarakat setempat.
Keunikan dan keindahan motif-motifnya menjadikan kain tradisional daerah ini sebagai bagian penting dari warisan budaya yang terus dijaga dan dilestarikan.
Berikut adalah empat jenis kain tradisional dari Sumatera Selatan yang menjadi cerminan nilai-nilai budaya dan sejarah yang mendalam:
BACA JUGA:Aurelie Moeremans Alami Gegar Otak Usai Kecelakaan, Jalani MRI dan Mohon Doa untuk Pemulihan
1. Songket: Kain Berhiaskan Benang Emas
Songket dikenal sebagai kain tenun yang ditambahkan benang emas atau perak dalam proses pembuatannya. Kain ini mencerminkan kemewahan dan telah digunakan sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang. Pada masa lampau, songket dikenakan oleh bangsawan atau tokoh adat dalam acara penting seperti pernikahan, pelantikan, maupun upacara adat lainnya.
Proses pembuatan kain songket sangat detail dan membutuhkan keterampilan tinggi. Benang emas disisipkan satu per satu ke dalam benang dasar menggunakan alat tenun tradisional.
Karena kompleksitas inilah, kain songket memiliki nilai seni dan ekonomi yang tinggi, serta dianggap sebagai simbol kehormatan dan kemegahan.
BACA JUGA:Nana Mirdad Bantah Gagal Bayar Pinjol, Soroti Penagihan Tak Wajar
2. Sewet Tajung: Identitas Laki-laki dalam Kain
Sewet Tajung adalah kain tradisional berbentuk sarung yang biasa dikenakan oleh pria, terutama dalam upacara adat. Motif utamanya berupa garis dan bentuk geometris seperti segitiga, dengan warna-warna yang tegas. Biasanya terbuat dari bahan sutra, kain ini memberikan kesan elegan sekaligus maskulin.
Jenis kain ini sering kali digunakan oleh tokoh masyarakat atau pemimpin adat sebagai bagian dari pakaian resmi dalam kegiatan budaya.
Untuk laki-laki, kain ini dikenal juga dengan nama Gebeng atau Tajung Rumpak, sedangkan untuk perempuan dinamakan Tajung Blongsong. Motifnya yang tegas mencerminkan sifat kepemimpinan, keberanian, dan kewibawaan.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Kerajaan Tua di Lampung: Museum Kekhatuan Semaka