Dari segi tampilan, TAG Heuer Monaco Piece d’Art tetap mempertahankan DNA klasiknya—kotak persegi dengan tombol kronograf di sebelah kanan.
Tapi tunggu dulu, jangan salah. Jam ini bukan hanya sekadar tampil retro. Dial berwarna merah, kaca safir transparan di bagian belakang, hingga ukiran mikro pada komponen mesinnya adalah pembeda nyata.
Yang menarik, TAG Heuer membuka akses penuh ke dunia dalam jam ini. Bagian belakang transparannya memperlihatkan keindahan gerakan mesin Calibre 11 yang sudah dimodifikasi dengan ukiran artistik.
Biasanya, mesin jam adalah bagian yang tersembunyi dan hanya dipahami oleh teknisi. Tapi di Monaco Piece d’Art, semua itu menjadi panggung utama. Ini seperti membuka lembaran dalam buku sejarah, namun dalam bentuk mekanik.
Nilai Koleksi yang Tak Tertandingi
Kamu mungkin bertanya, “Kalau cuma satu unit, memangnya siapa yang bisa beli?” Nah, ini yang bikin makin menarik.
Monaco Piece d’Art dilelang di acara amal Phillips Auction House, dan hasil lelangnya disumbangkan ke Children Action Foundation.
Jadi, kamu bukan hanya membeli jam tangan, tapi juga ikut berkontribusi dalam misi sosial. Keren banget, kan?
Jam ini jadi incaran para kolektor papan atas dunia. Bukan hanya karena keindahannya, tapi karena nilai sejarah dan kelangkaannya.
Siapa yang tak mau punya arloji yang literally nggak ada duanya? Sebuah warisan yang bisa diteruskan ke generasi berikutnya—yang nilainya justru akan terus meningkat.
Mengapa TAG Heuer Memilih Membuat Hanya Satu?
TAG Heuer bukan brand yang sembarangan bikin limited edition. Membuat hanya satu unit dari model sekelas Monaco adalah bentuk penghormatan terhadap sejarahnya.
Ini juga menunjukkan bahwa TAG Heuer serius dalam mengangkat horologi dari sekadar industri menjadi seni sejati.
Dengan hanya satu unit, tidak ada persaingan, tidak ada duplikasi. Siapapun yang memilikinya, dialah satu-satunya pemilik mahakarya ini.