Prawitya Soemadijo, Sustainability Director PT Nestlé Indonesia menegaskan, "Nestlé menerapkan lifecycle approach menyeluruh untuk mengetahui jejak emisi karbon dari setiap produknya, dan tentunya hal ini memerlukan keterlibatan banyak pihak untuk bekerja sama".
Agus Ciputra, Presiden Direktur PT BASF Indonesia mengatakan sulitnya pemetaan emisi di seluruh rantai nilai. “Tetapi itu bukanlah hal yang tidak mungkin,” kata Agus.
Faktanya, PT BASF Indonesia telah bekerja dan menjadi perusahaan kimia pertama yang mengumumkan emisi dari sekitar 45 ribu jenis produk yang mereka hasilkan.
Hal ini akan mendukung ketersediaan informasi bagi para klien BASF, karena sebagai pemasok bahan kimia, emisi yang dihasilkan akan membantu para klien melakukan penghitungan emisi karbon di rantai nilai mereka masing-masing.
Dekarbonisasi energi
Sektor energi memiliki subsektor yang kurang mendapatkan perhatian yang mendalam. Umumnya banyak orang hanya melihat ketenagalistrikan sebagai fokus dalam agenda transisi energi menuju Net Zero Emission, padahal energi akhir seperti energi panas juga merupakan hal yang perlu menjadi pusat perhatian dalam agenda transisi energy.
Anya Saphira, Program Stakeholder Engagement and Public Affair Lead, H&M Group Production Office Indonesia menyampaikan, "Di sektor garmen dan tekstil, energi panas menjadi hal yang penting. Di Indonesia ini masih berasal dari bahan bakar fosil.”
Jika melihat faktor emisi dari sisi energi, menurut Anya, Indonesia memiliki masalah ganda (combo impact problem), dimana emisi dari bahan bakar fosil berasal dari listrik yang digunakan dalam proses produksi, dan juga on-site heat generation.
Anya berpendapat bahwa perlu bantuan dan perhatian dari pengambil kebijakan dan berbagai pemangku kepentingan untuk membuat solusi lokal terkait masalah ini.
Seperti kedua perusahaan lainnya, emisi karbon terbesar H&M berada di rantai nilai, terutama di tahap material production, fabric manufacturing dan dyeing, serta washing. H&M bekerja sama dengan para pemasoknya untuk bersama-sama memecahkan masalah lingkungan hidup dan dampak sosial dalam rantai nilai perusahaan.
Anya menambahkan, terbiasa menggunakan bahan bakar fosil bukan berarti tidak bisa mencari alternatif untuk beralih dan menurunkan emisi.
Biomassa memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi solusi dari permasalahan energi, karena banyak limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti dari bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi panas.
Tetapi tetap perlu kebijakan yang jelas untuk memastikan ketersediaan bahan baku alternatif yang berkelanjutan.
Dalam setahun terakhir ini, KADIN Net Zero Hub sudah bekerja sama dengan WRI, CDP, dan UNDP untuk bersama-sama mencoba mencari solusi iklim dari emisi yang ada di rantai nilai masing-masing perusahaan.
Pada akhirnya, upaya dekarbonisasi industri bukanlah hal yang dapat dilakukan sendirian. Perlu kooperasi dan kolaborasi dari seluruh sektor industri untuk memetakan scope 1, scope 2 dan scope 3, tidak hanya dalam menghitung jumlah emisi, tetapi juga berbagi pembelajaran dari upaya masing-masing dalam melakukan pengurangan emisi.*