Oleh : Imam Safe’I, M.Pd.
Kepala SMPN 1 Air Hitam, Lampung Barat
Deru suara knalpot puluhan motor berbagai merk meraung-raung menambah kebisingan di jalanan utama, bau cat semprot yang khas tercium sampai ratusan meter, baju putih yang hampir tak terlihat lagi karena penuh dengan cat semprot warna-warni dan coretan spidol, suara riuh dan teriakan terdengar begitu mendominasi saat rombongan putih abu-abu berkonvoi untuk merayakan kelulusan mereka dari bangku sekolah yang selama tiga tahun ini mereka duduki.
Sebuah tradisi yang yang entah kapan dimulai. Nyatanya selalu saja dijalani bagai sebuah warisan tradisi dari generasi ke generasi.
Tidak salah memang, tradisi ini mereka lakukan sebagai luapan rasa kegembiraan atas keberhasilan mereka dalam menyelesaikan suatu tugas yang selama tiga tahun mereka jalani.
Membuang rasa kejenuhan dan keterikatan terhadap aturan-aturan ketat yang selama ini diterapkan oleh sekolah kepada mereka.
Namun, tidak adakah kegiatan lain yang dapat digunakan untuk mengekspresikan kegembiraan mereka selain konvoi?
Sungguh pemandangan yang ironi. Disaat ada anak sebayanya yang sangat mendambakan untuk dapat mengenakan pakaian seragam seperti mereka tapi tak bisa mewujudkannya, atau ada anak yang tidak mampu berganti pakaian seragam sampai menjelang lulus, mereka malah menggunakan seragam yang dipakainya menjadi sia-sia.
Namun apa hendak dikata, tradisi konvoi dan aksi corat-coret untuk merayakan kelulusan sudah terlanjur menjadi sebuah tradisi.
Memang tidak semua dari mereka mengikuti tradisi tersebut. Masih ada sebagian dari mereka yang merayakan kelulusan dengan hal-hal yang positif seperti mengumpulkan dana untuk berbagi dan melaksanakan kegiatan sosial. Ada juga yang merayakan kelulusan dengan makan bersama dengan guru-guru di sekolah sebagai bentuk rasa syukur atas kelulusan.
Ada juga yang mengumpulkan baju-baju seragam yang mereka pakai untuk diberikan kepada adik-adik kelasnya yang membutuhkan.
Kegiatan positif seperti di atas layak diberikan apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak, bila perlu diagendakan oleh setiap sekolah.
Sebagai bentuk ekspresi dari rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sekolah memberikan, ikut menyusun dan mewadahi kegiatan positif tersebut bagi siswa.
Jika kegiatan seperti ini terlaksana bukan tidak mungkin akan membawa nama baik sekolah karena lebih terlihat keren dan berkarakter.
Tradisi lain yang biasa dilaksanakan setiap kelulusan adalah perpisahan. Sekolah-sekolah seolah berlomba untuk melaksanakan kegiatan perpisahan secara besar-besaran dengan anggaran yang tidak sedikit.
Tidak salah memang, tetapi mungkin perpisahan dapat dilaksanakan secara sederhana dan khidmat. Dana besar yang digunakan untuk perpisahan mungkin bisa dialihkan untuk kegiatan yang lebih positif dan bermakna.
Namun di tahun 2020 ini, kedua tradisi tersebut seolah tidak berlaku lagi. Menyusul merebaknya wabah pandemi covid-19 di hampir seluruh wilayah negeri ini, memaksa pemerintah untuk mengambil kebijakan.
Kebijakan pemerintah untuk menghentikan sementara semua kegiatan pembelajaran tatap muka termasuk Ujian Nasional (UN) merupakan kebijakan yang tepat guna memutus rantai penyebaran Covid-19 sekaligus untuk pembatasan interaksi sosial ( Social Distance ).
Dampak dari kebijakan tersebut ternyata juga berimbas terhadap tradisi perayaan kelulusan. Pengumuman kelulusan tahun ini terasa sunyi.
Tidak ada aksi corat-coret, tidak ada aksi semprot cat, tidak ada aksi konvoi, bahkan tidak ada acara perpisahan yang dilaksanakan oleh sekolah.
Selain karena adanya aturan menjaga jarak fisik dari pemerintah, mungkin juga karena pada saat pengumuman bertepatan jatuh pada bulan Ramadhan, bulan sucinya umat Islam.
Generasi yang lulus tahun ini memang generasi yang berbeda dari generasi sebelumnya. Sebuah generasi yang lulus dengan cara berbeda, tidak ada perayaan, tidak ada perpisahan, yang ada hanya ungkapan syukur dan kesunyian.
Semoga ada hikmah dari keadaan ini semua. Kedepan diharapkan kegiatan perayaan kelulusan dapat dilaksanakan dengan kegiatan yang positif dan berkarakter.
Meskipun generasi ini adalah generasi berbeda, semoga ini menjadi generasi terbaik yang mengawali dan mewariskan tradisi baik dalam merayakan kelulusan.
Selamat dan sukses, wahai generasi sunyi. Kalian akan dikenang sebagai generasi berbeda.(*)