Medialampung.co.id - Warga yang terdampak banjir akibat meluapnya sungai waysemangka, yang disinyalir disebabkan karena adanya penyempitan dan pendangkalan akibat aktivitas pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) oleh PT. Lampung Hydro Energy (LHE) di Pekon Kerang Kecamatan Batubrak Lampung Barat mengancam akan menghentikan paksa aktivitas perusahaan tersebut jika tidak ada tindakan dari pemerintah daerah dan pihak terkait.
Ismail MB, SE., salah seorang warga mengungkapkan, ia bersama masyarakat khususnya yang terdampak di Pekon Kerang Kecamatan Batubrak telah melakukan musyawarah menyikapi musibah banjir yang sudah tiga kali terjadi di bulan Mei ini.
Hasilnya, kata dia, jika tidak ada tindakan dari pemerintah daerah dan keluhan masyarakat tidak direspon oleh pihak perusahaan maka pihaknya akan turun ke lokasi perusahaan tersebut dan menghentikan semua aktifitas.
"Sekarang masyarakat Pekon Kerang yang terdampak langsung sudah sepakat, tinggal lagi akan kami koordinasikan ke masyarakat Pekon Bedudu dan Sukarame, untuk sama-sama turun dan menghentikan aktifitas dan mengusir seluruh karyawan perusahaan tersebut," tegas Ismail.
Dikatakan Ismail, kuat dugaan banjir yang terjadi tiga kali selama sepekan terakhir diduga kuat akibat aliran sungai yang ada di sekitar lokasi pembangunan PLTMH terjadi penyempitan dan pendangkalan, sehingga itu harus menjadi perhatian dari semua pihak.
"Kalau masalah ini tidak segera dicarikan solusi maka maka saya yakin dua hingga tiga tahun kedepan Pekon Kerang, Pemangku Kampung Sawah Pekon Sukarami dan Pemangku Waysemangka Pekon Bedudu akan tenggelam, karena itu masyarakat akan bergerak sendiri jika masalah ini tidak mendapatkan perhatian, " imbuhnya.
Sementara itu Humas PT LHE Salim saat dikonfirmasi mengungkapkan, berkaitan dengan keluhan dan masukan dari masyarakat yang ia terima akan dikoordinasikan lebih lanjut kepada para pimpinan perusahaan di Jakarta.
Namun ia meyakinkan bahwa banjir yang terjadi dalam kurun waktu sepekan terakhir itu bukan karena terjadi pendangkalan. Namun karena curah hujan yang cukup tinggi sejak beberapa waktu terakhir
"Jika dikatakan banjir itu karena terjadi pendangkalan itu tidak benar, saya yakinkan seribu persen bahwa itu tidak terjadi, karena dibawah lokasi itu air terjun, sehingga arus air deras jadi tidak mungkin terjadi pendangkalan," ungkap Salim.
Kemudian, soal tudingan penyempitan aliran sungai, menurutnya pihak perusahaan dalam melaksanakan aktifitas tidak mengganggu aliran sungai, meskipun dalam pengerjaannya dilakukan pembangunan tanggul agar tidak menjebol bendungan.
"Tidak terjadi penyempitan, hanya menambah tanah pada bibir sungai saja. Kemudian setelah pembangunan bendungan, aliran sungai akan menjadi dua kali lipat dari sekarang ini," kata dia.
Lebih lanjut Salim mengungkapkan, saat ini aktivitas pembangunan masih terhenti, sebagai dampak coronavirus disease 2019 (covid-19) dan mempertimbangkan kondisi cuaca, sehingga hanya security yang beraktifitas di perusahaan.
"Pada intinya akan saya koordinasikan ke Jakarta, dan semoga covid-19 segera berakhir dan cuaca semakin membaik sehingga aktivitas bisa kembali berjalan, " tutupnya. (nop/mlo)