Freelance Terlihat Bebas, Tapi Menyimpan Lelah yang Tak Pernah Dibicarakan
Kelelahan freelancer bukan mitos, tapi realitas kerja mandiri di era digital--
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di balik fleksibilitas waktu dan kebebasan memilih proyek, dunia freelance menyimpan satu realitas yang jarang dibicarakan secara terbuka, yaitu kelelahan yang tidak kasat mata.
Tidak ada jam kantor, tidak ada seragam, dan tidak ada atasan yang berdiri di belakang meja. Namun justru di situlah batas antara bekerja dan beristirahat sering kali menghilang.
Banyak freelancer terlihat bebas, bekerja dari mana saja, dan dianggap menikmati hidup tanpa tekanan.
Padahal, di balik layar laptop dan ponsel yang terus menyala, ada kelelahan mental yang perlahan menumpuk tanpa disadari.
BACA JUGA:Apakah Freelance Cocok untuk Semua Orang?
Freelancer sering kali bekerja dengan pola yang tidak menentu. Ketika proyek datang, jam kerja bisa memanjang hingga larut malam, bahkan akhir pekan.
Tidak ada sistem shift atau batas lembur. Semua terasa sah karena dikerjakan “untuk diri sendiri”.
Masalah muncul ketika tubuh dan pikiran tidak lagi mengenal waktu berhenti. Pesan klien di malam hari tetap dibalas, revisi mendadak tetap dikerjakan, dan tenggat waktu selalu menjadi alasan untuk menunda istirahat.
Lama-kelamaan, kelelahan ini tidak lagi terasa sebagai capek fisik, melainkan kehabisan energi emosional.
BACA JUGA:Tanpa Jabatan, Freelancer Tetap Punya Masa Depan
Berbeda dengan pekerja kantoran yang memiliki rekan kerja dan struktur organisasi, freelancer kerap memikul tekanan sendirian.
Ketidakpastian pendapatan, persaingan yang ketat, serta tuntutan klien yang beragam menjadi beban psikologis tersendiri.
Rasa cemas saat proyek sepi, takut kehilangan klien, hingga perasaan harus selalu “siap” menjadi tekanan yang tidak selalu terlihat dari luar.
Banyak freelancer tetap tersenyum di media sosial, sementara di baliknya berjuang mengatur keuangan dan menjaga kewarasan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




