Deureuham: Mata Uang Emas Tertua dari Kerajaan Samudera Pasai
Deureuham bukan hanya sekadar alat tukar, tetapi juga simbol kemakmuran serta identitas kerajaan-kerajaan Islam awal di Nusantara. - Foto: Instagram@merrykurnia86--
MEDIALAMPUNG.CO.ID — Sebelum masyarakat Nusantara mengenal uang seperti yang digunakan saat ini, transaksi kebutuhan sehari-hari dilakukan lewat sistem barter.
Barang ditukar dengan barang lain yang nilainya dianggap sebanding. Namun, seiring berkembangnya perdagangan, terutama di wilayah pesisir yang ramai dikunjungi pedagang asing, sistem barter mulai ditinggalkan.
Masyarakat kemudian mengenal takaran, timbangan, hingga akhirnya menggunakan mata uang.
Salah satu mata uang bersejarah yang muncul pada masa itu adalah deureuham, mata uang emas yang dikenal berasal dari Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Nusantara.
BACA JUGA:Tukad Cepung, Air Terjun Unik di Balik Tebing yang Memikat Ribuan Wisatawan
Asal-Usul Deureuham
Catatan sejarah menyebutkan bahwa deureuham pertama kali digunakan pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Zahir, yang berkuasa sekitar tahun 1297–1326 Masehi. Samudera Pasai yang terletak di pesisir utara Sumatra adalah salah satu pusat perdagangan penting pada masa itu. Pedagang dari Arab, India, Cina, hingga Persia singgah di wilayah ini sehingga kebutuhan akan alat tukar yang bernilai jelas dan stabil semakin besar.
Keberadaan mata uang emas ini menjadi bukti kemajuan Samudera Pasai dalam bidang ekonomi. Dengan menggunakan deureuham, transaksi perdagangan menjadi lebih teratur, terutama dalam jual beli rempah, sutra, dan barang-barang impor.
Beberapa abad kemudian, ketika Kesultanan Aceh Darussalam menaklukkan Samudera Pasai pada tahun 1524, penggunaan deureuham tidak hilang begitu saja. Justru Aceh meniru sistem mata uang tersebut dan kemudian mencetak deureuham versi mereka sendiri.
BACA JUGA:Tangan Biru: Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Peranan Sultan Aceh dalam Pengembangan Deureuham
Mata uang emas Aceh mulai dicetak pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Riayatsyah Al-Kahar (1537–1568 M). Ada kisah menarik yang memperlihatkan hubungan diplomatik antara Aceh dan Turki Usmani, kekhalifahan besar yang pada masa itu berpengaruh hingga ke berbagai wilayah dunia Islam. Sultan Al-Kahar disebut pernah mengirim utusan ke Turki, dan pihak Turki juga mengirim utusan ke Aceh sebagai bentuk hubungan persahabatan.
Kepada para ahli dari Turki, Sultan Al-Kahar meminta agar dibuatkan mata uang emas berkualitas tinggi dengan nama deureuham. Emas yang dipilih harus memenuhi syarat sikureueng mutu, yaitu emas dengan kualifikasi sembilan mutu atau dapat dipahami sebagai emas dengan tingkat kemurnian sangat baik.
Hal ini menunjukkan bahwa Aceh ingin menjaga standar kualitas mata uang yang digunakan dalam kegiatan ekonomi dan perdagangan internasional. Deureuham menjadi simbol kebesaran kerajaan serta bukti kuatnya hubungan Aceh dengan kekhalifahan besar di Timur Tengah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





