Walhi Lampung Soroti Kematian Harimau Sumatera di Batu Brak: Cermin Kegagalan Sistem Konservasi?

Walhi Lampung Soroti Kematian Harimau Sumatera di Batu Brak: Cermin Kegagalan Sistem Konservasi?

WALHI Lampung menyoroti kematian harimau di Lampung Barat dan mendesak evaluasi penuh sistem konservasi.--

MEDIALAMPUNG.CO.ID – Kematian seekor harimau sumatera bernama Bakas di Pekon Sukabumi, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, memicu keprihatinan dari berbagai pihak. 

Salah satunya datang dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung, yang menilai peristiwa ini menjadi sinyal adanya persoalan serius dalam sistem penanganan dan konservasi satwa liar di daerah tersebut.

Direktur Walhi Lampung, Irfan Tri Musri, menyebut bahwa setiap proses penangkapan dan penanganan satwa liar seperti harimau sumatera harus berlandaskan pada etika konservasi dan kesejahteraan satwa. 

Menurutnya, langkah evakuasi terhadap harimau yang mengalami gangguan kesehatan atau ancaman memang dapat dibenarkan, namun harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan mengikuti prosedur standar.

BACA JUGA:Stok Vaksin Rabies Menipis, Komisi IV DPRD Dorong Penambahan Anggaran di 2026

“Kalau kita bicara prinsip etika konservasi, tentu ada pro dan kontra. Namun ketika harimau tersebut sakit atau terancam, evakuasi dan pemulihan memang diperlukan. Biasanya dilakukan di luar habitatnya, karena di habitat aslinya pun mereka bisa terancam, misalnya diburu,” ujar Irfan dalam keterangannya kepada media.

Namun, ia menegaskan bahwa jika dalam proses penanganan terjadi kelalaian, baik dalam prosedur medis maupun respon darurat, maka hal tersebut harus menjadi perhatian serius.

“Kalau ada kelalaian dalam penanganan medis setelah harimau ditangkap, tentu itu perlu dikaji lebih dalam. Kita tidak tahu bagaimana SOP penyelamatan yang dijalankan BKSDA dan bagaimana respon darurat dari dokter hewan. Tapi kematian ini patut dipertanyakan, apakah ini bagian dari kegagalan sistem konservasi kita?” kata Irfan.

Lebih jauh, Irfan menyoroti akar persoalan yang lebih besar yakni mengenai kerusakan habitat alami harimau sumatera khususnya di kawasan. 

BACA JUGA:Link DANA Kaget 11 November 2025: Saldo Gratis Cair Sekejap Tanpa Akun Premium

Ia menjelaskan bahwa saat ini ruang hidup harimau di Lampung sebagian besar berada di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). 

Namun, di sekitarnya, terutama di kawasan hutan lindung dan wilayah penyangga, tekanan manusia terhadap alam semakin tinggi.

“Kondisi habitat alami harimau kini memang tersisa di landscape TNBBS. Tapi di sekitarnya, banyak wilayah yang dikelola masyarakat dan bergantung pada sumber daya hutan. Harimau memiliki home range yang luas, dan kita tidak tahu sejauh mana mereka harus menjelajah untuk bertahan,” jelasnya.

Irfan juga menilai, anggapan bahwa harimau keluar dari kawasan taman nasional karena kehilangan mangsa merupakan pernyataan yang terlalu sederhana.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait