Waisai, Dari Hutan Belantara Menjadi Pusat Pariwisata Dunia
Waisai Raja Ampat. - Foto instagram @everlasting_photoart--
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Ketika pertama kali menapakkan kaki di Pulau Waigeo, tepatnya di Waisai, Adam hanya bisa tertegun. Hamparan hutan lebat menyelimuti hampir seluruh wilayah, sementara rumah yang tampak hanya berjumlah sepuluh.
Pemandangan itu membuatnya sulit percaya bahwa lokasi tersebut benar-benar direncanakan menjadi ibu kota Kabupaten Raja Ampat. “Kalau begini, rasanya seperti mimpi. Bagaimana mungkin hutan belantara dijadikan pusat pemerintahan?” batinnya kala itu.
Rumah-rumah sederhana yang ada pun bukan hasil pembangunan alami masyarakat, melainkan bagian dari program ABRI Masuk Desa (AMD). Hunian tersebut disediakan bagi penduduk pendatang, namun banyak dari mereka akhirnya memilih pulang ke kampung asal karena tidak sanggup bertahan menghadapi kondisi alam yang keras.
Situasi tersebut semakin mempertegas keraguan Adam, apalagi saat ia mendapat tugas pindah dari Sorong ke Raja Ampat sebagai pegawai negeri sipil. Alih-alih menemukan kantor dinas baru yang ia bayangkan, ia justru harus menembus semak belukar untuk sekadar berjalan.
BACA JUGA:Aksi Damai di Lampung Diwarnai Kehadiran Puluhan Anak, Disdikbud Tanggung Jawab Orang Tua
Namun, sejarah mencatat keputusan penting telah diambil. Pada 2003, pemerintah menyetujui pemekaran wilayah yang melahirkan Kabupaten Raja Ampat. Bersama 13 daerah lain di Papua Barat, Raja Ampat resmi berdiri setelah pengumuman pada April 2002.
Dari ratusan pulau yang ada, hanya 35 di antaranya berpenghuni, dan Waigeo dipilih sebagai pusat pemerintahan dengan Waisai sebagai jantungnya.
Kondisi awal jauh dari kata layak. Aparatur pemerintah yang mulai berdatangan harus tinggal di tenda karena perumahan nyaris tidak tersedia.
Sementara itu, dalam waktu singkat mereka dituntut menyiapkan infrastruktur dasar sekaligus menyelenggarakan pemilihan kepala daerah pertama pada 2005. Butuh perjuangan keras untuk menata sebuah wilayah dari titik nol.
BACA JUGA:Deretan Selebriti yang Vokal Dukung Aksi Unjuk Rasa di DPR RI
Meski demikian, Raja Ampat menyimpan anugerah luar biasa. Nama “Raja Ampat” sendiri berasal dari kisah masa lampau ketika wilayah ini berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate.
Empat pulau besar—Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo—dikenal memiliki raja-raja kecil yang masing-masing memimpin gugusannya. Kini, keindahan bahari di kawasan itu menjadi magnet dunia.
Terumbu karang Raja Ampat diakui sebagai salah satu yang paling lengkap di dunia. Dari 537 jenis karang yang tercatat, 75 persen di antaranya tumbuh subur di perairan ini.
Tidak hanya itu, wilayah lautnya juga menjadi rumah bagi lebih dari seribu spesies ikan, ratusan jenis moluska, dan ratusan jenis biota laut lain. Keanekaragaman hayati tersebut menjadikan Raja Ampat sebagai laboratorium alam sekaligus surga bagi penyelam.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




