Sejarah dan Budaya Suku Tidung, Etnis Asli Kalimantan Utara

Sejarah dan Budaya Suku Tidung, Etnis Asli Kalimantan Utara

Suku Tidung, etnis pesisir Kalimantan Utara dengan warisan budaya yang masih terjaga-Foto Kemenparekraf-

BACA JUGA:Pakaian Adat Suku Mandar: Busana Tradisional dari Sulawesi Barat

Beragam Versi Asal-Usul

Terdapat beberapa pandangan berbeda mengenai asal-usul Suku Tidung. Versi pertama berasal dari cerita lisan masyarakat Tidung sendiri, yang menyebut nenek moyang mereka datang dari daratan Asia dan menetap di pesisir timur Kalimantan ribuan tahun silam. 

Dari sana mereka kemudian menyebar ke berbagai daerah seperti Labuk, Kinabatangan, Nunukan, dan Bulungan.

Pandangan lain datang dari catatan kolonial Hindia Belanda, yang menganggap Suku Tidung sebagai cabang dari Dayak Kayan, yaitu kelompok Dayak yang mendiami daerah pedalaman Kalimantan. 

BACA JUGA:Makna dan Filosofi Perahu Sandeq: Warisan Agung Suku Mandar Penakluk Lautan

Namun, tidak semua masyarakat Tidung menerima pendapat ini, sebab sebagian besar dari mereka telah lama hidup di pesisir dan memiliki budaya yang lebih dekat dengan tradisi Melayu.

Sementara itu, menurut peneliti Indonesia modern, Suku Tidung digolongkan sebagai Dayak Pantai, yaitu masyarakat Dayak yang tinggal di pesisir dan sudah berbaur dengan budaya Islam. 

Ada pula sebutan Tidung Ulun Pagun, istilah untuk menyebut kelompok Tidung yang mendiami daerah pesisir dan beragama Islam. Mereka berbeda dengan kelompok Tidung di pedalaman yang masih mempertahankan kepercayaan lama.

Beberapa peneliti Malaysia juga menyebutkan bahwa Suku Tidung merupakan hasil perpaduan antara Dayak Murut dan etnis Suluk, yang terjadi pada masa ekspansi Kerajaan Sulu ke wilayah Kalimantan Utara. Proses percampuran budaya dan agama ini kemudian membentuk identitas baru yang dikenal sebagai masyarakat Tidung.

BACA JUGA:Upacara Adat Mappacci: Tradisi Penyucian Diri Suku Bugis di Sulawesi Selatan

Kehidupan Sosial dan Budaya

Sebagian besar masyarakat Tidung hidup di wilayah pesisir dan menggantungkan hidup dari hasil laut. Mereka dikenal sebagai nelayan ulung, pedagang, serta petani yang memanfaatkan sungai dan pantai sebagai sumber penghidupan. 

Kehidupan masyarakat Tidung sangat erat dengan alam; sungai dan laut tidak hanya menjadi sumber ekonomi, tetapi juga bagian penting dari sistem kepercayaan dan adat mereka.

Bahasa yang digunakan masyarakat Tidung termasuk ke dalam rumpun bahasa Melayu, namun memiliki dialek khas yang berbeda di setiap daerah. Beberapa dialek yang dikenal antara lain Tidung, Bulungan, Kalabakan, Murut Sembakung, dan Murut Serudung. Kesamaan kosakata dengan bahasa Melayu memperlihatkan hubungan historis antara masyarakat Tidung dan kebudayaan Melayu yang telah berinteraksi sejak berabad-abad lalu.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: