Seni Kriya: Antara Teknik dan Ekspresi
Seni kriya adalah perpaduan antara ketekunan teknik dan kedalaman ekspresi. - Foto Instagram@mas_mif_guru_kampung--
Meski teknik sangat dominan, seni kriya juga merupakan wadah ekspresi. Karya kriya kerap menampilkan gagasan, simbol, dan nilai budaya yang melekat pada masyarakat pembuatnya. Motif, warna, dan bentuk bukan hanya ornamen, melainkan bahasa visual yang menyampaikan pesan tertentu.
Motif batik, misalnya, tidak dibuat sembarangan. Setiap pola memiliki filosofi—batik parang melambangkan keteguhan, kawung menggambarkan kesederhanaan, sedangkan mega mendung mencerminkan ketenangan. Begitu juga dengan topeng tradisional, yang raut wajahnya dipakai untuk mewakili sifat manusia, mulai dari kebijaksanaan hingga kelicikan.
Ekspresi ini membuat seni kriya berbeda dengan produk buatan mesin. Ada sentuhan personal, perasaan, bahkan cerita yang dituangkan langsung oleh pengrajin ke dalam karyanya.
BACA JUGA:Seni Kulit Telur: Dari Limbah Menjadi Karya Bernilai Seni
Harmoni Teknik dan Ekspresi
Keseimbangan antara teknik dan ekspresi adalah kunci utama seni kriya. Jika hanya mengandalkan keterampilan teknis, karya memang bisa tampak rapi, namun kurang memiliki makna. Sebaliknya, jika hanya berfokus pada ekspresi tanpa teknik, karya mungkin indah dipandang tetapi rapuh atau tidak fungsional.
Keris Jawa bisa menjadi contoh terbaik. Proses pembuatannya melibatkan teknik tempa logam yang sangat rumit agar menghasilkan bilah yang kuat.
Namun di sisi lain, keris juga sarat simbol—pamor pada bilah, bentuk gagang, hingga ukiran sarungnya memuat nilai spiritual dan status sosial pemiliknya. Inilah bukti bahwa teknik dan ekspresi dalam seni kriya tidak bisa dipisahkan.
BACA JUGA:Tari Kuda Renggong: Seni Tradisi Penuh Makna dari Sumedang
Seni Kriya di Era Modern
Seiring perkembangan zaman, seni kriya tidak lagi dipandang hanya sebagai kerajinan tradisional. Kini, banyak karya kriya dipadukan dengan ide-ide kontemporer agar sesuai dengan gaya hidup modern.
Batik, misalnya, tidak hanya dijadikan busana, tetapi juga diolah menjadi tas, sepatu, hingga aksesori rumah tangga. Anyaman bambu yang dahulu hanya dibuat untuk peralatan rumah kini hadir sebagai lampu hias atau furnitur modern.
Bahkan, teknologi ikut berperan dalam mempercepat produksi, meski sentuhan manual tetap dipertahankan agar karya tidak kehilangan keunikannya.
BACA JUGA:Kerajinan Kulit: Tradisi Kuno yang Terus Hidup di Zaman Modern
Perkembangan ini membuktikan bahwa seni kriya mampu beradaptasi tanpa meninggalkan akar tradisi.
Seni kriya adalah perpaduan antara ketekunan teknik dan kedalaman ekspresi. Teknik memastikan karya kuat, rapi, dan bermanfaat, sementara ekspresi memberi identitas, makna, dan keindahan.
Di era modern, seni kriya semakin berkembang dengan inovasi, namun tetap menyimpan nilai tradisi sebagai ciri khasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





